Berita terkini, Jakarta – Ilmuwan memperkirakan letusan komet vulkanik yang terkenal tidak stabil 29P/Schwassmann-Wachmann (29P). Komet memiliki orbit yang tidak biasa, orbit yang lebih dekat ke Matahari daripada kebanyakan komet dan rotasi yang lebih lambat dari perkiraan.
Komet ini juga termasuk dalam kelompok “Centaur”, yang terdiri dari sekitar 100 komet yang ditarik dari Sabuk Kuiper ke orbit yang dekat dengan Matahari. 29P memiliki jenis letusan gunung berapi yang berbeda dari Bumi, dengan mengeluarkan gas dan es dingin dari interiornya yang sangat dingin, sebuah fenomena yang dikenal sebagai cryovolcanism atau “cold vulcanism”.
Dilaporkan dari Ilmu langsung, pada 2 April 2023, para ilmuwan dari British Astronomical Association (BAA) mengamati peningkatan tajam kecerahan 29P. Hal ini disebabkan oleh pantulan cahaya dari gas dan es yang baru dilepaskan atau cryomagma dalam koma komet.
Spaceweather.com melaporkan bahwa ledakan tersebut mungkin sangat besar sehingga komanya lebih terang daripada inti komet. Namun, kekuatan ledakannya tidak bisa diukur secara pasti.
29P adalah salah satu komet paling aktif secara vulkanik di Tata Surya, dan para peneliti telah melihatnya meletus ratusan kali. Pada November 2022, komet es mengalami letusan besar yang mengeluarkan lebih dari 1 juta ton cryomagma, letusan terbesar kedua dalam 12 tahun terakhir. Namun, pada letusan sebelumnya, para ilmuwan tidak bisa memprediksi letusan tersebut.
Berita Terkait:
Menolak sistem proporsional tertutup, Gus Rivkey: Tidak sesuai dengan semangat demokrasi
Namun, analis memperkirakan kali ini akan terjadi ledakan besar. Komet vulkanik seperti 29P memiliki kerak permukaan di sekitar es padat yang berisi gas terkompresi.
Radiasi dari Matahari mengubah es padat di inti komet menjadi gas dan menciptakan tekanan di bawah kerak bumi. Saat kerak melemah, tekanan menyebabkan kerak terbelah dan melepaskan cryomagma ke luar angkasa.
Pada tanggal 1 April 2023, para astronom di BAA mengamati bahwa cahaya di sekitar pusat komet menjadi sangat redup, menunjukkan bahwa lebih sedikit gas yang keluar dari kerak komet daripada biasanya dan tekanan komet meningkat. Jadi ledakan besar “sangat mungkin terjadi”.
Ledakan terbaru ini menunjukkan bahwa ledakan dari komet 29P dapat diprediksi sebelumnya, yang dapat membantu peneliti mempelajari ledakan di masa depan dengan lebih detail.
“Pengusaha total. Wannabe fanatik bir. Penggemar zombie yang tidak menyesal.”
More Stories
3 Kali Polaris Dawn SpaceX Gagal Terbang
Desa Sembalun ikuti jalan wisata sehat di Babinsa Koram 1615-10/Sembalun Kecamatan Sembalun
Trik ini menggunakan madu dan tambahan 1 jenis buah untuk melembabkan kulit kering dan bersisik tanpa yogurt.