Portal Teater – Barangkali Anda pernah mendengar atau bahkan menyanyikan lagu “Panggung Sandiwara” ciptaan Ian Antono yang begitu populer di jagad musik Indonesia.
Lirik lagu itu dimulai dengan kata-kata: “Dunia ini panggung sandiwara//Ceritanya mudah berubah-ubah//.
Dalam lagu ini, Ian setidaknya ingin menyoroti bahwa apapun peran yang dimainkan manusia di muka bumi ini tidak pernah utuh.
Seorang manusia bisa memainkan peran yang berbeda dalam satu panggung kehidupan. Layaknya seorang aktor yang meniru tokoh dalam naskah drama, Mahabarata, misalnya.
Dua baris lirik lagu, atau keseluruhan lirik lagu yang dipopulerkan artis Nike Ardila dan Nicky Astria ini barangkali relevan untuk meletakannya pada fenomena yang terjadi pada akhir pekan lalu.
Tepatnya pada Minggu (17/5) malam, ketika MPR, BNPB dan BPIP menyelenggarakan konser amal virtual bertajuk “Berbagi Kasih Bersama Bimbo, Bersatu Melawan Corona”.
Konser virtual ini sukses digelar, tentu menurut kacamata pemerintah. Namun sebelum dan sesudah konser, banyak warga maya yang melontarkan kritik, kecaman dan ketidakpuasan.
Mereka menilai pemerintah tidak serius menangani virus corona, terutama ketika pejabat pemerintah yang hadir di studio konser melanggar protokol kesehatan, dengan tidak menjaga jarak dan mengenakan masker wajah, misalnya.
Lelang Motor Jokowi
Dari publikasi media nasional, diketahui, pemerintah berhasil meraup donasi sebesar Rp4 miliar dari konser amal itu. Katanya, dana itu akan disalurkan kepada warga terdampak virus corona di Indonesia.
Dalam konser itu, juga dilelangkan motor listrik Presiden Joko Widodo yang langsung dipandu Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) dan Ketua KADIN Rosan P. Roeslani.
Motor itu pun unik, karena selain ada tanda tangan Presiden Jokowi di bagian depan motor, juga pernah digunakan Jokowi saat berkeliling Istana Negara pada 7 November 2018 lalu.
Bamseot yang memandu acara itu mengatakan bahwa pemenang lelang akan difasilitasi agar bisa menggunakan motor tersebut keliling istana. Wah, ini tentu tawaran yang menggiurkan.
Selanjutnya, ketika pelelangan dimulai, Bamsoet meminta kepada masyarakat yang berminat agar menghubungi empat nomor telepon yang tertera di bawah layar televisi. Hal mana biasa terjadi dalam undian berhadiah yang biasa dilakukan stasiun televisi.
Proses lelang pun dimulai. Tawaran pertama datang dari seseorang dengan angka penawaran Rp500 juta. Waktu terus berjalan, kurang lebih 30 menit. Penawaran terus naik hingga Rp2,5 miliar.
Suasana belangsung tegang, untuk menanti siapa yang berhasil membawa pulang motor orang nomor satu di Indonesia.
Persis di saat-saat akhir pelelangan, ada tiga orang penelpon yang menawarkan motor listrik seharga Rp2,5 miliar.
Sebagai juru lelang, Rosan, yang turut mendampingi Bamsoet, kemudian menyatakan pemenang lelangnya adalah M. Nuh.
Dalam telewicara malam itu, Nuh mengaku sebagai pengusaha. Ia berhak mendapatkan tanda tangan dan motor Presiden karena memiliki angka penawaran lebih tinggi, yaitu senilai Rp2,55 miliar.
Nuh menggeser Gabriele Mowengkang, pengusaha Manado yang mengajukan penawaran Rp2,5 miliar, Maruara Sirait Rp2,2 miliar, dan Warren Tanoe Soedibyo Rp1,55 miliar.
Tak Mampu Bayar
Beberapa hari setelah menyegel motor listrik Presiden Jokowi, Nuh pun harus melunasi utangnya. Tagihan dari pihak istana pun datang.
Karena tak punya uang sebesar itu, Nuh memilih berlindung di kepolisian Jambi agar “aman” dari para penagih.
Nuh, sosok pengusaha itu, ternyata bukan seorang pengusaha sungguhan. Ia “pengusaha-pengusahaan”.
Setelah dilacak, ternyata ia hanyalah seorang buruh harian lepas di Kota Jambi. Identitasnya terkuak di linimasa media sosial warga.
Ia diketahui merupakan warga Sungai Asam, Kecamatan Pasar Jambi, Kota Jambi.
Namun warga di Kota Jambi bahkan mengaku tak mengenal sosok pengusaha yang tiba-tiba muncul di malam pelelangan itu.
Dan rupanya, pada malam itu, ia begitu tergiur dengan motor bermerk Gesists dan berwarna merah itu.
Terlalu senang, ia pun tidak lagi konsentrasi mendengar arahan pemandu pelelangan dan langsung mengangkat telepon.
Ia mengira, motor itu akan diberikan secara cuma-cuma kepada warga yang terdampak corona. “Lelang”, bagi Nuh mungkin berarti “diberikan secara gratis”.
Maklum, sebagai buruh lepas, ia harus menghidupi keluarganya karena kehilangan pekerjaan lantaran wabah.
Kapolda Jambi Irjen Firman Santyabudi mengatakan Nuh mendatangi kantor polisi untuk meminta perlindungan karena ditagih Rp2,5 miliar untuk membayar motor.
“Yang bersangkutan tidak paham acara yang diikuti adalah lelang. Yang bersangkutan malah mengira bakal dapat hadiah,” kata Firman melalui pesan singkatnya kepada Kompas.com, Kamis (21/5).
Firman pun membantah tuduhan bahwa pihaknya menangkap dan menahan pemenang lelang itu.
Dilelang Ulang
Pemerintah pun legowo terhadap “sandiwara” yang dimainkan Nuh pada malam konser amal bertabur bintang itu.
Bukannya mempersalahkan, Bamsoet, melansir Antara, meminta agar Polda Jambi melepaskan si pemenang lelang.
“Saya memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Polda Jambi. Namun jika benar ada yang ditangkap terkait lelang acara “Berbagi Kasih Bersama Bimbo”, agar dilepas,” katanya, Kamis (21/5).
Bamsoet mengakui bahwa dalam kesalahan proses pelelangan itu, tidak ada pihak yang dirugikan atau diuntungkan.
Untuk menebus kesalahan kebijakan pelelangan virtual, yang sangat memungkinkan adanya penyusupan sosok-sosok anonim, Bamsoet pun akhirnya kembali membuka kran pelelangan.
Direncanakan, pelelangan akan rampung hari ini karena sudah ada penawaran kembali setelah Nuh tak mampu membayar.
“Bahkan ada yang ngebit dibatas Rp2,55 miliar setelah mendengar M Nuh yang mengaku pengusaha asal Jambi itu mundur,” katanya kepada Kompas.com, Jumat (22/5).*