Portal Teater – Menteri Kesehatan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009) Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) merekomendasikan agar pemerintah Indonesia jangan menggunakan vaksin yang disiapkan oleh Bill Gates.
Mantan Menkes yang juga pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden periode 2010-2014 itu menilai, vaksin yang disiapkan bos Microsoft senilai Rp7 miliar itu patut dicurigai.
“Yang lebih mengkhawatirkan untuk mencapai obsesinya Bill Gates telah menjalin hubungan dengan pemerintah negara-negara seluruh dunia termasuk Indonesia agar vaksinnya menjadi program resmi pemerintah. Maka bersama ini saya sampaikan kewaspadaan terhadap hal tersebut,” kata dr. Siti, melansir Telusur, Senin (20/4).
Mengapa demikian? Ada beberapa alasan yang menyebabkan kecurigaan ahli jantung terhadap persiapan vaksin oleh Bill Gates.
Pertama, yang menjadi pertanyaan publik, kapan Bill Gates mulai membuat vaksin. Sebab untuk memproduksi vaksin, membutuhkan waktu yang cukup lama. Menurut perkiraan, sekitar 10-15 tahun.
Menurut dr. Siti, jika memang Bill Gates sudah siap dengan vaksin Covid-19 saat ini, kapan dia memiliki benih virus tersebut.
“Apakah sebelum pandemic Corona? Apalagi pada tahun 2015 dia telah mengumumkan akan ada pandemik besar di 2020,” katanya.
Hal lain yang juga disoroti dr. Siti adalah perihal benih virus Corona dari strain negara mana yang digunakan dalam penelitian Bill Gates dan kawan-kawan untuk membuat vaksin tersebut.
Sebab menurut para ahli di dunia Covid-19 sampai sekarang masih terus berubah-ubah, bermutasi terus dan menurut informasi terbaru, sekarang menjadi 3 clade bahkan ada yang mengatakan telah menjadi 6 clade.
“Maka seed virus yang mana yang dijadikan vaksin oleh Billgates? Sampai sekarang tidak jelas,” paparnya.
Selanjutnya, dr. Siti mencurigai pengujian vaksin dengan memasang microchip untuk memantau orang yang diberi vaksin tersebut.
Sementara kita tidak tahu dampak negatif apa dari microchip tersebut terhadap tubuh kita dalam jangka panjang.
dr. Siti justu mencurigai, bahwa Bill Gates memiliki proyek ambisius untuk melakukan depopulasi demi mengatur populasi dunia.
Dengan pemasangan microchip tersebut, kita tidak tahu seperti apa dampaknya terhadap para seluruh penduduk dunia.
Selebihnya, dr. Siti mengajukan pertanyaan yang cukup menggelitik bahwa bila memang Bill Gates sudah mulai membuat vaksin saat ini, apakah dia telah memiliki virus Covid-19 sebelum pandemi terjadi?
“Maka tidak heran bila beberapa peneliti dunia mengatakan bahwa pandemi Corona saat ini tidak natural,” tuturnya.
Vaksin INO-4800
Sebelumnya, melansir Kompas.com, Rabu (8/4), diberitakan bahwa sebuah vaksin anti-corona akan diuji coba secara klinis setelah mendapat restu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).
Vaksin bernama INO-4800 itu diajukan oleh perusahaan bioteknologi yang berbasis di Pennsylvania, AS bernama Inovio Pharmaceuticals.
Pengembangan vaksin ini, turut disokong oleh pendiri Microsoft Bill Gates beserta sang istri, Melinda Gates, melalui yayasan Bill and Melinda Gates Foundation.
Selain disokong yayasan milik Bill Gates, eksperimen ini juga didukung yayasan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyebutkan, ada 70 kandidat vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan secara global. Sebanyak tiga di antaranya sudah diuji coba ke manusia.
Yang paling maju dari segi proses klinis yakni vaksin yang dikembangkan oleh CanSino Biologics Inc. Kandidat vaksin besutan perusahaan yang terdaftar di Hong Kong dan Institut Bioteknologi Beijing ini memasuki pengembangan fase dua.
CanSino mengatakan bahwa mereka mendapat persetujuan pemerintah Tiongkok untuk memulai uji coba vaksin ke manusia.
Selain itu, ada dua kandidat vaksin yang dikembangkan oleh produsen obat AS Moderna Inc dan Inovio Pharmaceuticals Inc yang kini bekerjasama dengan yayasan milik Bill Gates.
Uji coba kandidat vaksin tersebut direncanakan dites pada orang 40 dewasa sehat pada Senin (13/4) lalu. Namun belum ada informasi terbaru mengenai hasil uji coba tersebut.
Dalang Pandemi Covid-19?
dr. Siti dalam paparannya mencurigai jika Bill Gates adalah salah satu orang kaya yang berencana melakukan depopulasi dunia.
Hal itu secara terang-terangan dikatakan pendiri Microsoft itu dalam beberapa kali pertemuan sejak 5 tahun lalu, bertujuan untuk mengontrol penduduk dunia dengan menggunakan vaksinasi.
Pernyataan lengkap Bill Gates dapat disaksikan dalam tayangan di link Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=iMl0ty6evhU.
Pernyataan dr. Siti mengemuka bersamaan dengan teori konspirasi yang mengatakan bahwa Bill Gates menjadi salah satu orang yang merancang skenario adanya pandemi global ini.
Mereka mengklaim, Bill Gates melakukannya untuk mendapatkan keuntungan besar dari menjual obat untuk penyakit tersebut.
The New York Times menyebut, misinformasi seputar peran Bill Gates dalam penyebaran Covid-19 telah menyebar luas.
Media terkemuka AS itu mengutip laporan perusahaan analis media, Zignal Labs, yang menyebutkan bahwa terdapat 16 ribu postingan di Facebook mengenai Corona dan Gates.
Secara keseluruhan, postingan tersebut telah disukai dan dikomentari sebanyak 900 ribu kali.
Sementara itu, 10 video terpopuler yang menyebarkan teori konspirasi mengenai Bill Gates ditonton lebih dari 5 juta kali sejak diterbitkan antara bulan Maret dan April.
Akhir-akhir ini, orang-orang, termasuk media, kerap mengaitkan Covid-19 dengan “ramalan” Gates pada tahun 2015 ketika menjadi pembicara di forum TED Talk.
Ketika itu, ia mengatakan bahwa infeksi virus bisa menjadi ancaman terbesar bagi umat manusia. Video tersebut hingga Minggu (19/4) sudah ditonton lebih dari 26 juta kali.
Namun pada akhirnya ia menjawab tuduhan tersebut. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan stasiun televisi China, CCTV, Bill Gates mengatakan, tuduhan tersebut adalah ironi.
Sebab dia sendiri telah menginvestasikan miliaran dollar AS untuk mengatasi penyakit menular, termasuk penyakit yang bisa menyebabkan pandemik.
“Kita sedang berada di situasi yang gila. Jadi, pasti akan banyak rumor gila yang beredar,” katanya, melansir tek.id, Senin (20/4).
Menurutnya, tidak semua negara mampu membiayai penelitian tersebut atau pabrik pembuat vaksin. Karenanya, ia tergerak untuk melakukannya bersama yayasan yang didirikan bersama istrinya.
Beberapa waktu lalu, Bill Gates bahkan sempat berseteru dengan Presiden Donald Trump ketika pemimpin populis itu melarang pendanaan ke WHO.
Sehari setelah Trump mengumumkan keputusannya, Bill Gates bahkan menambah pendanaannya untuk Covid-19 sebesar US$150 juta atau setara Rp2,3 triliun.
Vaksin Mandiri
dr. Siti meminta pemerintah Indonesia agar tidak menggunakan vaksin karena virus Covid-19 masih bersifat labil sehingga belum bisa dideteksi oleh para ahli di dunia.
Lagipula, kata dia, Indonesia juga tidak memiliki data yang valid mana orang yang positif corona dan negatif. Hal itu terbukti misalnya data Covid-19 di DKI Jakarta berbeda dengan pemerintah pusat.
Ia menganjurkan, demi ketahanan nasional, andaikan pada suatu saat memerlukan vaksin (ada syarat tertentu), maka kita harus mampu membuat vaksin mandiri dengan strain kita sendiri.
Hal itu akan lebih aman dan terpercaya, serta tidak ditumpangi oleh kepentingan politik bangsa lain.
“Saatnya kita mandiri dalam melindungi rakyat kita. Ingat kesehatan adalah kunci utama Ketahanan Nasional,” katanya.
Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Alinea yang kemudian di publikasikan pada Selasa (14/4), dr. Siti mengakui bahwa sejak awal pemerintah Indonesia sudah mengambil langkah yang keliru.
Perempuan 70 tahun ini diketahui berhasil memberantas dua virus yang menyerang Indonesia pada masa pemerintahan SBY, yaitu virus flu burung dan flu babi.
dr. Siti secara ironis menilai bahwa langkah untuk menempatkan orang yang tidak kompeten di bidang bencana kesehatan menjadikan Idonesia kewalahan menekan laju pertumbuhan Covid-19.
Menurut dr. Siti, rumus utama dalam penanganan sebuah bencana, dalam hal ini bencana Covid-19, adalah dengan menempatkan orang yang menguasai substansi ilmiah sekaligus politik kesehatan.
“Tampaknya, ini tidak terjadi dalam (penanganan) Covid-19 di Indonesia. Ini bencana kesehatan. Bukan bencana gempa atau tsunami. Penanganannya tentu sangat beda,” pungkasnya.
Ia menceritakan, ketika berhasil mengeluarkan Indonesia dari pandemi, meski harus berseteru dengan WHO, ada banyak aset fisik dari (penangangan) flu burung sangat bisa digunakan.
Selain unit-unit perawatan intensif, pemerintah juga harus menggandeng para ahli virologi seluruh Indonesia untuk membuat program pencegahan dan sebagainya.
Presiden Jokowi memang telah menetapkan status darurat kesehatan dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Namun menurut dr. Siti hal itu tidak akan efektif bila tidak disertai skrining masif serentak dengan swab rapid test yang sesuai dengan virus kita secara mudah dan gratis.
Diketahui, saat ini pemerintah telah memiliki 18 PCR yang didatangkan Kementrian BUMN dari luar negeri. Alat tersebut efektif digunakan sejak pekan lalu.
Pada Minggu (19/4), juru bicara pemerintah Achmad Yurianto melaporkan bahwa sudah sebanyak 47.478 spesimen yang dilakukan menggunakan metode PCR di 35 laboratorium.
Sebanyak 42.219 kasus spesimen yang periksa, ada 6.575 spesimen dinyatakan positif dan 35.644 negatif.
Sementara untuk jumlah kasus Covid-19, Indonesia menderita 6.575 kasus, dengan 582 orang meninggal dan 686 orang lainnya sembuh.
dr. Siti sendiri saat ini sedang mendekam di penjara Pondok Bambu, Jakarta Timur, setelah divonis bersalah pada 2017 karena terbukti menerima suap dalam proyek pengadaan alat-alat kesehatan di lingkungan Kemenkes pada 2015.*