Portal Teater – Turki kini menjadi episentrum baru virus Corona (Covid-19) di Asia menyusul temuan 3.977 kasus poisitif baru, sebagaimana dilaporkan Worldometers pada Minggu (19/4).
Sementara itu, jumlah kasus kematian baru mencapai 127 kasus. Jadi, total kematian di Turki mencapai 2.017 orang.
Bloomberg melaporkan pada Senin (20/4), jumlah kasus yang dikonfirmasi di Turki naik 4,8% menjadi 86.306 kasus, lebih banyak dari yang dimiliki Cina sebanyak 82.747 kasus.
Sementara ada 11.976 pasien yang dinyatakan sembuh dan boleh pulang ke rumah mereka. Namun pasien aktif yang sedang dirawat saat ini mencapai 72.313 pasien.
Menteri Kesehatan Fahrettin Koca mengatakan, pemerintah Turki telah menambahkan 40.427 tes tengah pekan lalu, sehingga jumlah keseluruhan tes mencapai 518.143.
“Kami telah melampaui target harian dari 40.000 tes. Peningkatan jumlah kasus sekarang dapat diprediksi,” katanya dalam tweet, melansir Daily Sabah, Kamis (16/4).
Para pembuat kebijakan secara bertahap meningkatkan pembatasan mobilitas orang sejak kasus pertama dikonfirmasi pada 10 Maret.
Mengutip Bloomberg, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pekan lalu bahwa pemerintah saat ini telah meningkatkan upaya untuk mengurangi dampak ekonomi.
Setelah mengumumkan paket dukungan 100 miliar lira (US$14,7 miliar) untuk bisnis, sekarang pemerintah berencana untuk mengambil alih perusahaan swasta yang berada dalam kesulitan.
Khawatir Resesi Ekonomi
Sebagai negara yang rentan terdampak secara ekonomi karena masih belum pulih dari kejatuhan mata uang pada 2018, para ekonom terkemuka dan pembuat kebijakan di negara itu khawatir akan terjadi resesi yang disebabkan oleh Covid-19.
Melansir The Guardian, pemerintah Turki secara bertahap meningkatkan langkah-langkah untuk memerangi virus, termasuk penangguhan penerbangan internasional, penyeberangan perbatasan dan perjalanan antar kota, larangan pertemuan publik dan doa bersama, serta penutupan sekolah dan sebagian besar toko.
Sementara itu, orang-orang di bawah usia 20 dan lebih dari 65 tahun harus tunduk pada peraturan ‘jam malam’, dan gerakan pasukan di Suriah yang berdekatan dibatasi untuk memerangi pandemi.
Awal bulan lalu, Presiden Erdogan mengatakan penjualan masker wajah dilarang, dan masker akan didistribusikan secara gratis ke tiap rumah tangga. Masyarakat dihimbau untuk menggunakan masker untuk transportasi umum, di toko-toko dan ruang publik.
Presiden juga berjanji bahwa dua rumah sakit di Istanbul, dengan kapasitas masing-masing 1.000 tempat tidur, akan beroperasi dalam 45 hari, satu di lokasi bandara Atatürk lama dan satu di Sancaktepe.
Istanbul, jantung budaya dan ekonomi Turki, di mana terdapat 17 juta penduduk, memiliki 60% kasus Covid-19 di negara itu.
Perpecahan Politik
Kasus Covid-19 tidak hanya menimbulkan krisis kesehatan dan ekonomi, tapi juga telah merebakkan perpecahan politik Turki.
Salah satunya terkait RUU yang akan disahkan oleh parlemen dua pekan lalu untuk membebaskan hingga sepertiga dari populasi penjara Turki dengan status tahanan rumah atau pembebasan awal.
Namun, ratusan aktivis hak asasi manusia, jurnalis dan politisi oposisi yang dipenjara tidak akan termasuk dalam pembebasan itu.
Setidaknya 14 wanita telah terbunuh sejak perlindungan Covid-19 dimulai. Hal itu akan memperburuk masalah kekerasan domestik Turki yang mengerikan.
Di sisi lain, kampanye donasi pemerintah juga telah dikritik, setelah diketahui bahwa karyawan di beberapa perusahaan yang memiliki ikatan dengan partai yang berkuasa, dan pegawai negeri, harus membuat sumbangan wajib dari gaji mereka.
Sementara pada saat yang sama, upaya penggalangan dana oleh dewan kota metropolitan yang dikendalikan oposisi politik di Istanbul, Ankara dan Izmir telah ditutup.
Sebuah laporan dari seorang jurnalis di negara itu mengatakan 7 wartawan telah ditangkap karena melaporkan pandemi dan dituduh “menyebarkan kepanikan”.
Sementara ada 385 orang lainnya sedang diselidiki terkait dengan unggahan kritis mereka terkait pemerintah di media sosial.*