KOMPAS.com- SEBUAH Kakek Pada Minggu (23/1/2022) Jalan Poolo Kumping Raya di Jakarta Timur, Kakung, diteriaki maling dan dipukuli hingga tewas oleh sekelompok berinisial HM (89).
Dalam pencarian polisi atau penyelidikan lebih lanjut, insiden itu digambarkan sebagai kesalahpahaman antara korban dan massa.
Korbannya bukan maling atau maling. Karena tersangka sengaja meneriaki kakek yang sedang mengemudikan mobil untuk mengejar pencuri, masyarakat dan pengendara lain di jalan ikut mengejar korban.
Alhasil, mereka tidak dikejar hingga korban ditangkap oleh mereka. Namun, tersangka dan saksi lainnya membantai korban.
Mungkin ini bukan pertama kalinya terjadi pada Kakek HM.
Namun, kejadian buruk yang sering muncul dari kesalahpahaman tanpa ingin mendapatkan penjelasan terlebih dahulu menimbulkan pertanyaan, mengapa orang begitu mudah terprovokasi dan Putuskan sendiri?
Menanggapi tuntutan hukum Kakek dimarahi oleh pencuri Dan massa dinilai sudah meninggal, kata AB Vidyanda, sosiolog Universitas Katja Mada (UGM).Acara penyadaran ini bukan hal baru.
Baca selengkapnya: Beginilah cara sosiolog menilai kasus Bhim Wong, kakek Suhud dan Nikita Mirzani.
Banyak masalah atau tuntutan hukum menyebabkan kondisi buruk dan bahkan kematian oleh gerombolan main hakim sendiri ini. Kakek dipukuli sampai mati Warga setelah diteriaki maling. Ada dua alasan mengapa orang melakukan ini.
1. Masalah masyarakat perkotaan
Abe yang juga akrab disapa AB Vidyanda mengatakan, fenomena kesadaran massa semakin banyak terjadi di masyarakat kita, terutama di masyarakat urban atau semi urban.
Kesatuan dan kesamaan Sosial Peningkatan kelonggaran dalam masyarakat perkotaan menyebabkan aktivitas sosial di masyarakat dan anonimitas dan peniruan identitas dalam hubungan sosial.
“Di tengah kemarahan massal atas anonimitas dan peniruan identitas, orang-orang mengambil tindakan yang tidak bertanggung jawab, tanpa perasaan, tanpa kesadaran dan alasan, secara membabi buta mencoba memaksakan kehendak mereka atas dasar dorongan setiap orang,” kata Abe. Kompas.comSelasa (25/1/2022).
2. Psikologi Massa
Juga, alasan mengapa massa waspada adalah karena psikologi massa.
“Relatif sulit untuk mengontrol dan mengontrol psikologi massa yang sudah gila itu,” jelasnya dalam kasus tersebut. Kakek berusia 89 tahun diserang Massa tewas setelah diteriaki maling.
Baca selengkapnya: Pelajaran apa yang bisa dipetik dari kasus Bhim Wong, kakek Suhud dan Nikita Mirzani?
Ketika kemarahan massa dan kemarahan sosial bercampur, sangat sulit untuk mengontrol dan mengontrol psikologi massa. Frustrasi sosial Umum.
Frustrasi dan frustasi sosial yang dialami oleh individu-individu dalam kelompok massa ini adalah akibat terjepit oleh kesulitan hidup dan penghidupan, berbagai pelanggaran sosial dan sebagainya.
Abe menekankan bahwa situasi ini memungkinkan masyarakat untuk menciptakan kondisi psikologis yang dikelilingi oleh ketidakamanan dan ketidakpastian.
“Pelecehan dan main-main hakim mungkin telah digunakan sebagai dorongan untuk menyebarkan” lekas marah “dan” kemarahan sosial “dari masyarakat,” katanya.
Dalam artian, penyadaran yang dilakukan merupakan momen atau kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan emosi yang ada dalam dirinya, meskipun emosi tersebut sebenarnya bukan karena masalah yang ada di depannya saat itu.
“Ya, itu kekecewaan sosial,” katanya.
Kasus teriak sampai kakek pukul maling sampai mati
Kakek Pada Minggu (23/1/2022) berinisial HM (89) Jalan Poolo Kumping Raya, Kakung, dikejar mobil saat melaju di Jakarta Timur, diteriaki maling dan dipukuli hingga tewas.
Baca selengkapnya: Viral Orang Pim Kritik Kakek, Sosiolog: Benar Tapi Bukan Panji
Jaya Combus Endra Sulfan, Kabag Humas Polta Metro, mengungkapkan polisi telah melakukan penyidikan tindak pidana kejahatan (DKB) dengan memeriksa 14 saksi.
“Kami memeriksa analisa TKP berdasarkan rekaman CCTV (kamera) yang ada. Kemudian, kami periksa sampai sore ini dan masih berlangsung,” kata Sulfan kepada wartawan, Senin (24/1/2022).
Dari 14 saksi, Enthira mengatakan tersangka utama adalah seorang pemuda berinisial R.R. Pencuri diduga memprovokasi pengendara lain dengan pisau saat bertabrakan dengan kendaraan korban.
“Itu diketahui oleh pemilik (tersangka) sepeda motor yang disita. Pemilik sepeda motor yang digerebek itu mengaku memprovokasi pencuri dengan pisau,” jelas Sulfan.
Akibatnya, pengendara lain yang berada di sekitar lokasi kejadian berusaha mengejar HM, hingga akhirnya menabrak, kata Sulfan.
“Jadi, orang-orang di sekitar saya yang menggunakan sepeda motor melawan pengemudi Toyota Rush mengejar dengan penyesalan,” kata Sulfan.
Baca selengkapnya: Beginilah cara sosiolog menilai kasus Bhim Wong, kakek Suhud dan Nikita Mirzani.
Dapatkan pembaruan pesan pilihan Dan berita penting Setiap hari dari Kompas.com. Jom join team telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, Kemudian bergabung. Pertama Anda perlu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.
“Gila sosial. Pengusaha. Pengacara bacon. Kutu buku bir yang bergairah. Pelopor musik yang ramah.”
More Stories
Sambil menyapu, pengemudi Ojol dengan penuh semangat meminta untuk ikut demo atau mengembalikan jaket tersebut.
PDIP Sebut Risma-Gus Hans Putaran Kedua di Pilgub Jatim 2024, Daftar Malam Ini
Ahmad Sayku-Ilham TMP Ziarah ke Makam BJ Habibi di Kekhalifahan