GM akan Bicara tentang Manifesto Seni Indonesia

Portal Teater – Untuk terus bertumbuh selama krisis terbesar abad ini, pandemi virus corona, Goethe-Institut Indonesien lagi-lagi menyajikan rangkaian acara budaya daring melalui kanal-kanal media sosialnya selama bulan Juni.

Untuk pekan pertama di awal bulan ini, lembaga budaya berbasis Jakarta menghadirkan ragam tema perbincangan.

Salah satu di antara acara-acara budaya yang akan paling perhatian publik adalah diskusi tentang manifesto seni Indonesia bersama sastrawan sekaligus jurnalis terkemuka Goenawan Mohamad (GM).

Diskusi ini akan ditempa dalam program Bincang Kamis (BINGKIS) yang digagas Goethe-Institut Indonesien dan Museum MACAN bertajuk “Tertempa dan Lahir: Manifesto Seni di Indonesia”.

Secara terbuka, panel diskusi akan disiarkan live melalui kanal YouTube Goethe-Institut Indonesien dan akun Facebook Museum MACAN pada Kamis (4/6), pukul 17.00–18.30 WIB.

Progam budaya daring Goethe-Institut Indonesien pekan ini. -Dok. Goethe-Institut Indonesien.
Progam budaya daring Goethe-Institut Indonesien pekan ini. -Dok. Goethe-Institut Indonesien.

Bara Perdebatan

Nama GM belakangan kembali santer dibicarakan lantaran perseteruan gagasan dengan cendikiawan AS Laksana atau Sulak.

Perdebatan kedua tokoh ini bermula ketika Sulak menolak pendapat GM, seperti dalam beberapa catatan pinggir-nya dan dalam sebuah diskusi bersama Ikatan Dokter Indonesia (20 Mei), yang seolah tidak mau percaya pada sains dalam penanganan corona.

Sebab menurut GM, sains hanya membawa kepastian, tapi tidak pernah untuk mencari kebenaran. Dan dengan demikian, sains, kata GM, tidak lebih rumit dari politik (lih. unggahan Alfi Rahmadi, 31/5).

Sulak menampik semua asumsi dan keyakinan GM tersebut, terutama dalam konteks penanganan virus corona selama ini.

Ia menunjukkan bahwa sains telah mampu membendung banyak informasi yang disampaikan oleh iman dan spekulasi filsafat.

Namun GM tetap berpendirian bahwa sains saat ini tidak lebih daripada instrumen untuk teknologi dan politik.

Di mana sains tidak lagi menjadi sebuah metode menafsirkan dunia, melainkan hanya pendukung teknologi dalam persaingan modal dan kekuatan politik serta untuk pertumbuhan ekonomi dan investasi.

Bara api perdebatan ini tentu akan terbawa ke dalam aras percakapan mengenai manifesto seni Indonesia nantinya.

Sebab dalam diskusi virtual tersebut, akan diikuti pula sejumlah seniman dan aktivis berpengaruh dalam rangka menjelajahi lebih dalam pemahaman kontekstual tentang manifesto di Indonesia.

Dalam diskusi nanti, GM antara lain akan menyoroti cara seni dan perjuangan menuju kebebasan di Indonesia tumbuh menjadi beberapa manifesto dari tahun 1960-an sampai sekarang.

Termasuk juga bagaimana berespons kondisi pandemi yang menempatkan seni di Indonesia di bawah tekanan, berbeda dari masa-masa sebelumnya.

Program BINGKIS. -Dok. Groupe Dejour.
Program BINGKIS. -Dok. Groupe Dejour.

Dua Pembicara Lain

Hadir pula dalam panel diskusi virtual ini Siti Adiyati, salah seorang anggota penggagas Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB).

Ia akan membahas bagaimana manifesto seni di Indonesia terbentuk pada tahun 1970-an sampai 1980-an serta bagaimana GSRB merespons situasi politik pada masa itu dan menjelma menjadi gerakan aktivisme yang hidup.

Selain itu, Kolektif seni Taring Padi juga akan hadir dan menceritakan pengalaman mereka dalam mengajukan perubahan terhadap lanskap politik, praktik seni visual, konteks dan arah pada akhir 1990-an.

Program ini tidak berdiri sendiri, melainkan diadakan dalam rangka pameran “Manifesto” Julian Rosefeldt yang diadakan di Museum MACAN sejak Februari lalu hingga akhir Mei.

Program #MusicTalk bersama Tommy Prabowo. -Dok. Groupe Dejour
Program #MusicTalk bersama Tommy Prabowo. -Dok. Groupe Dejour

Bincang Musik bersama Tommy Prabowo

Selain diskusi panas dengan narasumber gaek, Goethe-Institut juga akan menggelar program diskusi musik daring edisis pertama Juni.

Kali ini, Goethe-Institut menampilkan Budi Utomo Prabowo (dikenal sebagai Tommy Prabowo), seorang konduktor, praktisi, dan pengajar musik yang telah berkolaborasi dengan musisi, orkestra, serta paduan suara nasional dan internasional.

Tommy kini instruktur untuk konduktor muda di Musicasa Jakarta dan merupakan konduktor utama Jakarta City Philharmonic.

Percakapan bersama sang maestro akan berlangsung pada Rabu (3/6) pukul 19.00–20.00 WIB lewat Instagram Goethe-Institut.

Dalam perbincangan ini, Tommy ingin berbagi dengan penikmat musik paduan suara perihal tujuan sebuah komposisi,dengan harapan dapat menambah wawasan tentang cara menginterpretasi dan menilai kualitas sebuah komposisi.

“Musik klasik biasanya ditulis dengan pengetahuan mendalam tentang pokok-pokok akustik dan estetika. Jika melibatkan teks atau lirik, penting juga untuk memahami soal sastra dan linguistik dalam rangka menginterpretasi dan menilai sebuah komposisi,” ucap Tommy dalam sebuah siaran pers, Selasa (2/6).

Selain membahas musik klasik, Tommy juga akan berbicara mengenai sebuah lagu klasik karya salah satu komposer musik orkestra terbaik Jerman pada abad ke-19, yaitu Johannes Brahms, dari 6 Lieder und Romanzen, Op. 93a, yang berjudul “O Süsser Mai”.

Lirik lagu ini ditulis oleh pujangga Jerman: Achim von Arnim. Notasi musik ini dapat diunduh sebelumnya di bit.ly/musictalk0306.

Dalam edisi-edisi berikut bulan ini, Gardika Gigih (12 Juni) dan Aning Katamsi (17 Juni) juga akan mengambil alih akun Instagram Goethe-Institut Indonesien untuk berdiskusi seputar musik.

Program Digital Discourses. -Dok. Goethe-Institut Indonesien
Program Digital Discourses. -Dok. Goethe-Institut Indonesien

Digital Discourses

Salah satu medan perbincangan penting selama masa pandemi ini, terutama ketika semua orang dikondisikan untuk menggunakan platform digital, adalah keamanan data privasi.

Sebab aplikasi dan platform yang kita gunakan di internet sering kali mengumpulkan data yang jauh lebih banyak dari yang kita duga kalau melihat layanan yang ditawarkan.

Dalam platform digital, banyak pihak beritikad buruk untuk memanfaatkan kelemahan dalam setelan perlindungan data kita.

Goethe-Institut sejak beberapa bulan lalu telah menginisiasi perbincangan ini sebagai masalah kebudayaan.

Karena itu, perlu ada gerakan untuk melihat bersama-sama bahwa literasi digital di era sekarang ini menjadi sangat penting.

Goethe-Institut Indonesien dalam program ini menggandeng para mitranya, antara lain: Center for Digital Society (CfDS), ICT Watch, dan Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat (ELSAM).

Percakapan akan diadakan pada akhir pekan ini, Sabtu (6/6) pukul 14.00 WIB, melalui YouTube Live & Twitter Live.

Pada seri pertama ini, Donny B.U. dan Indriyatno Banyumurti dari ICT Watch akan memandu lokakarya berjudul “Merah-Kuning-Hijau: Panduan Praktis untuk Keamanan Perangkat Bergerak dan Perlindungan Data.”

Keduanya akan memberikan pengantar langkah-demi-langkah mengenai setelan privasi dan keamanan pada gawai, dengan struktur sebagai berikut:

• Merah: Mekanisme kata kunci, antivirus/anti-malware, dan verifikasi dua langkah
• Kuning: VPN, setelan privasi aplikasi bergerak, perangkat enkripsi
• Hijau: Penganonim, chat (video) aman, dan firewall pribadi

Materi lokakarya ini akan dapat diakses melalui www.privasi.id. Seri kedua akan berlangsung pada tanggal 13 Juni.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai lokakarya, silakan kunjungi www.goethe.de/digitaldiscourses.

Facebook
Twitter
LINE
Pinterest

Baca Juga

Terkini

Gubernur Lampung Kukuhkan Akademi Lampung dan DKL Periode 2020-2024

Portal Teater - Gubernur Lampung Arinal Djunaidi melalui Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Fahrizal Darminto resmi mengukuhkan pengurus struktural Akademi Lampung dan Dewan Kesenian Lampung...

“New Normal” Kesenian: Melampaui Protokol, Menyadari Risiko

Portal Teater - Empat bulan setelah kasus virus corona (Covid-19) muncul pertama kali di Indonesia pada Maret, pemerintah akhirnya menetapkan kondisi "new normal". Berbagai kegiatan...

Kolaborasi sebagai Praktik Intervensi Membongkar Kebekuan Teater

Portal Teater - Mengapa praktik-praktik penciptaan karya seni sekarang mengarah ke kerja kolaborasi? Praktik-praktik kolaborasi dalam kerja artistik terutama berakar ketika mulai munculnya studi-studi inter-kultur,...

Museum MACAN Gandeng OPPO Gelar “Arisan Karya” Edisi Terakhir

Portal Teater - Setelah sukses di dua ronde pertama, Museum MACAN kembali menggelar program "Arisan Karya" edisi terakhir. Program suntikan motivasi bagi ekosistem seni Indonesia...

Rudolf Puspa: Menggelorakan Berkesenian

Portal Teater - Saya masih ingat ketika pada tahun 2016 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyerukan kepada penyelenggara pendidikan untuk menggelorakan aktivitas kesenian. Saya...