Portal Teater – Tahun ini, genap 60 tahun usia Hanafi, salah satu maestro seni Indonesia. Jika dirunut menurut tahun awal pamerannya di bidang seni rupa, maka tahun ini genap 28 tahun (sejak 1992) pendiri Galerikertas Studiohanafi Depok, Jawa Barat, ini berkarya.
Enam puluh tahun, bukan usia yang muda. Bukan juga usia yang cukup tua, jika kita menarik batas 65 tahun sebagai golongan tua.
Dalam bidang kesenian, semakin seorang seniman itu menua, makin matang dan kompleks karya-karyanya; sesuatu yang berbanding terbalik dengan logika politik atau ekonomi, di mana makin tua seseorang mulai meletakkan jabatannya.
Di usia-usia ini, mereka boleh disebut sebagai seniman senior-profesional, untuk membandingkannya dengan golongan seniman muda yang masih dianggap sebagai seniman eksperimental.
Ada sebuah adagium klasik yang relevan untuk disematkan dalam konteks ini: “tua-tua kelapa, makin tua makin berminyak”.
Artinya, makin tua usia seorang seniman, makin bersi, mendalam dan kaya pengalaman pengkaryaannya.
Produktif dalam Berkarya
Sematan gelar “maestro” pada seniman berambut panjang ini pun tidak lahir dengan sendirinya. Ada ketekunan dan konsistensi serta produktivitas yang turut memberi andil dalam kerja kreatifnya.
Selain mendirikan studio kerja sendiri untuk pengayaan pemahaman dan pengalaman seni bagi generasi muda, Hanafi telah melalang buana dalam pelbagai pameran seni, dalam dan luar negeri.
Karya seninya berupa lukisan dan instalasi pun diminati pada kolektor dalam negeri maupun dari mancanegara.
Lebih dari itu, Hanafi, yang lahir pada 5 Juli 1960 di Purworejo, Jawa Tengah, membuka diri untuk terlibat dalam berbagai praktik penciptaan seni, antara lain di seni tari dan seni teater.
Hanafi tak langsung mengecap manisnya berkarya sebagai seniman. Tahun demi tahun ia tapaki untuk terus memperteguh otentisitas, visualisasi dan gagasan-gagasan dalam karyanya.
Lulus dari Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) 1976-1979, Hanafi pun tidak langsung muncul di hadapan publik.
Baru tahun 1992, ia mulai dikenal publik ketika menyelenggarakan pameran tunggal di Hilton Executive Club, Jakarta.
Setahun berikutnya, ia kembali hadir menggelar pameran tunggal “Hitam-Putih” di The Stage, Ratu Plaza, Jakarta.
Empat tahun setelahnya, di tahun 1999, ia resmi memiliki studio kerja sendiri di Depok, di atas lahan seluas 2.400 meter persegi, yang memungkinkannya berkarya lebih intens dan fokus.
Namanya adalah Studiohanafi. Ruang kerja ini kemudian diperluas untuk mengakomodasi kepentingan proyek kerja jangka panjang, termasuk misalnya untuk menerima seniman resindensi.
Maka dibangunlah sebuah ruang baru, Galerikertas, tempat ia dan seniman muda bertukar gagasan, melakukan pameran, dan menggelar workshop kertas dengan pelajar di sekitarnya.
Rutin Gelar Pameran
Dari rangkuman napak tilas pengkaryaannya, tampak bahwa hampir tiap tahun Hanafi melakukan pameran, baik tunggal maupun kolaborasi, termasuk juga beberapa kegiatan seni lainnya.
Pameran tunggal terakhir dilaksanakan awal tahun ini bertajuk “Torch” Hanafi dan Farhan Siki, di Komaneka Fine Art Gallery, Bali.
Sementara itu, salah satu pameran kolaborasi terakhir diadakannya tahun 2019 bersama dengan Goenawan Mohamad dalam tajuk “57 x 76” di Komaneka Fine Art Gallery, Ubud, Bali.
Atas kontribusinya terhadap dunia seni Indonesia, Hanafi diberikan beberapa penghargaan, antara lain “Cultural Awards of Indonesian University” dan “Indonesia Top 10 Golden Palette” ( 2005).
Selain itu, mendapatkan penghargaan “Shortlist for Indofood Art Awards” (2003), “Shortlist for Indofood Art Awards” (2002) dan “Top 10 Philip Morris Art Award” (1997).
Pameran “60 Tahun dalam Studio”
Awal Juli ini, Galerikertas Studiohanafi akan menggelar pameran “60 Tahun dalam Studio” karya Hanafi, menampilkan 65 karya yang dibuat Hanafi selama pandemi virus corona.
Pameran berlangsung selama satu bulan, 5 Juli-5 Agustus 2020. Pembukaan pameran, Minggu (5/7), akan dimulai dengan diskusi melalui aplikasi Zoom, pukul 19.30 WIB.
“Apapun kondisi, seniman harus melaporkan karya akhirnya,” ujar Hanafi dalam sebuah pernyataan tertulis, Sabtu (20/6).
Selain gelaran pameran, ada rangkaian acara lain dalam pameran, di antaranya diskusi dan presentasi karya perupa muda bersama Hanafi pada 10 dan 17 Juli 2020 pukul 16.00-18.00 WIB.
Presentasi bersama perupa muda (20-30 tahun) ini tetap mengikuti prosedur kesehatan dan keamanan selama pandemi.
Untuk itu, manajemen Galerikertas membuka kesempatan kepada semua perupa muda di Jabodetabek untuk membawa karya mereka ke Galerikertas dan nanti akan dibahas serta dipilih Hanafi untuk dipamerkan bersama di bulan berikutnya di Galerikertas.
Presentasi diadakan selama dua kali. Setiap sesi hanya bisa 7 perupa muda, dengan minimal membawa 5 karya di atas kertas.
Setelah presentasi, seniman muda yang terpilih oleh Hanafi akan diumumkan pada 20 Juli 2020, lalu mengikuti workshop di Studiohanafi, dan berpameran di Galerikertas.
Pameran Perupa Muda Pilihan Hanafi diadakan pada 17 Agustus 2020, sekaligus perayaan Kemerdekaan Indonesia.
Terapkan Protokol Kesehatan
Manajemen Studiohanafi mengatakan bahwa karena situasi pandemi masih berlangsung, maka pameran ini menerapkan peraturan khusus dan protokol sesuai anjuran otoritas wabah.
Misalnya, pemeriksaan suhu tubuh pengunjung, pembatasan jumlah pengunjung dalam satu ruang pada durasi tertentu, kewajiban menggunakan perkakas standar kesehatan bagi semua pengunjung, dan penyediaan alat kebersihan di lokasi pameran.
Adapun jadwal kunjungan pameran dibuka setiap hari (kecuali Senin) dari pukul 13.00-17.00 WIB, dengan susunan sebagai berikut:
Untuk pengunjung umum (termasuk komunitas, pelajar dan mahasiswa), ada tiga sesi kunjungan, dan setiap sesi per hari hanya bisa untuk 9 orang, yaitu:
- SESI I: pukul 12.00-13.00 WIB untuk 9 orang
- SESI II: puku 13.30-14.30 WIB untuk 9 orang
- SESI III: pukul 15.00-16.00 WIB untuk 9 orang
Setiap pengunjung akan mendapatkan katalog PDF lewat email/WA yang berisi catatan kuratorial dari Heru Joni Putra (kurator Galerikertas) dan foto-foto karya Hanafi.*