REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kejahatan Israel dan berbagai aksinya terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Lebih dari 35 ribu warga Palestina terbunuh oleh rudal dan peluru Zionis dalam beberapa bulan.
Barbarisme Zionis, menurut sejarawan Israel Ilan Poppe, berada pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini disampaikan Pape dalam pidatonya di IHRC pada Februari 2024, atau jauh sebelum serangan Rafa.
“Jadi menurut saya ini adalah momen kelam yang sedang kita lalui, dan ini momen kelam karena perampasan hak milik rakyat Palestina telah mencapai tingkat baru, yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Illan Poppe.
Memang benar, menurut Pappe, tragedi Nakba yang belum pernah terjadi sebelumnya tidak bisa dibandingkan dengan kejahatan yang kita saksikan saat ini. “Apa yang ada di pikiran saya saat ini dari tiga bulan pertama masa jabatan dua tahun saya adalah melihat kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina,” ujarnya.
Namun, kata Poppe, harus dipahami bahwa di masa kelam seperti sekarang, program imigrasi ilegal yang memecah belah akan selalu digunakan untuk menyelamatkan agenda mereka yang lebih besar. Hal serupa terjadi di Afrika Selatan dan Vietnam Selatan. Namun, ia yakin Zionisme sedang menghadapi era kehancuran.
Saya tidak mengatakan ini dengan penuh harap, saya tidak mengatakan ini sebagai seorang aktivis politik, saya mengatakan ini dengan segenap pengetahuan saya sebagai seorang sarjana Israel dan Palestina.
“Berdasarkan analisis sebagai seorang ahli, saya menyatakan bahwa kita sedang menyaksikan akhir dari proyek Zionis, tanpa keraguan.”
Menurutnya, proyek bersejarah ini akan segera selesai. Sama seperti proyek-proyek di wilayah lain yang mengalami kebangkrutan. Ia mengatakan, korban program ini selalu warga Palestina dan Yahudi. “Karena kaum Yahudi juga menjadi korban Zionis. Proses keruntuhan ini bukan sekadar harapan, melainkan 'fajar yang terbit setelah kegelapan'.
Pada kesempatan terpisah, Paus juga mengusulkan agar Israel dihancurkan dan diakhiri. Gejala ini, kata dia, terlihat dari kurangnya kohesi sosial di Israel. “Kedengarannya seperti kalimat yang ‘ringan’, tapi ini persoalan serius,” ujarnya.
Tidak bisa mendapatkan dukungan dunia
“Sosial mediaholic. Pemecah masalah yang ekstrim. Penggemar bacon amatir. Pemikir profesional.”
More Stories
Wanita penjual minuman ini dipuji karena kecantikannya
Unik! Sebuah hotel menjadi viral karena kasirnya adalah 'Harry'
Wanita yang diabaikan saat hendak membeli LV ini membalas dendam dengan uang Rp 1,3 miliar.