Portal Teater – Persis tiga hari setelah kehilangan maestro campursari Didi Kempot, Indonesia kini kembali dirundung duka.
Kabar duka itu menimpa bintang teater dan film Adi Kurdi. Ia dikabarkan meninggal pada Jumat (8/5) siang dalam usia 72 tahun.
Menurut pengakuan Novia Kolopaking, lawan mainnya di serial “Keluarga Cemara”, seniman bernama lengkap Agustinus Adi Kurdi meninggal di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta Timur.
“Meninggal jam 11.31 WIB di RS PON (Jakarta Timur). Untuk detailnya, keluarga saja, ya,” ujar Novia kepada Kumparan.com.
Penyebab kematian seniman asal Pekalongan, Jawa Tengah itu diceritakan oleh Harry Tjahyono, salah satu penulis naskah ternama.
Ia mengatakan, pria yang lahir pada 22 September 1948 itu meninggal karena stroke dan pembengkakan otak.
“Selama ini Adi Kurdi itu diketahui sakit glaukoma, mengalami kebutaan. Dan sudah lama,” tutur Harry kepada Warta Kota.
Memulai Karir sebagai Aktor Teater
Adi Kurdi diketahui memulai kariernya sebagai pemain teater dan dari teater-lah ia mendapatkan apa yang layak dalam hidupnya.
Sekitar tahun 1970-an, ia bergabung dengan Bengkel Teater Rendra, pimpinan maestro teater WS Rendra. Ini sebuah grup teater paling fenomenal pada masa Orde Baru.
Bakat aktornya tertempa dengan baik di kelompok teater tersebut. Karena kepiawaiannya berteater, ia dipercaya Rendra sebagai pemeran utama dalam pementasan “Kisah Perjuangan Suku Naga”.
Karena kedekatan dengan Rendra, ia pun jatuh hati pada adik perempuan gurunya. Namanya Bernadetta Siti Restyratuti.
Mereka pun menikah Gereja Albertus di Jetis, Yogyakarta, dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama Maria Advena Victoria.
Dalam dunia teater, namanya begitu populer. Ia muncul seperti mitos publik dalam dunia teater. Karena setiap kali pementasan yang melibatkan namanya dijamin akan berjalan sukses.
Namanya kian berkibar di dunia seni pertunjukan. Hingga para sineas pada masa itu merekrutnya untuk menjadi bintang film.
Penampilan pertamanya di layar lebar mulai menarik perhatian orang sejak membintangi film “Gadis Penakluk” (1980). Film itu membuatnya masuk nominasi Festival Film Indonesia 1981.
Adi juga bermain di film “Putri Seorang Jendral (1981) karya sutradara Wim Umboh, meski memiliki ruang peran sedikit.
Namanya kembali melejit sejak berperan sebagai Abah di sinetron “Keluarga Cemara” yang populer di era 1990-an.
Berkat perannya di serial “Keluarga Cemara”, Adi selalu dijuluki sebagai Abah. Terbaru, ia kembali memerankan sosok Abah yang ikonik dalam film” Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah”.
Film ini seharusnya rilis pada 16 April lalu. Namun belum ada kejelasan tentang kelanjutan perilisan film itu.
Karirnya di dunia hiburan begitu cemerlang. Menurut catatan Wikipedia, Adi telah membintangi sekitar 17 film layar lebar, 4 serial drama dan sebuah drama.
Sebagai penghargaan atas kebintangannya, Adi pernah mendapat Indonesian Movie Actors Award untuk Lifetime Achievement.
Termasuk juga Piala Maya untuk Aktor Pendukung Terpilih dan nominasi Piala Citra untuk pemeran pendukung pria terbaik dan Piala Citra untuk pemeran utama pria terbaik.
Selamat jalan maestro! RIP.