Maret 29, 2024

Portal Teater

Periksa halaman ini untuk berita utama terkini Indonesia,

Cegah pneumonia dan jangan mencium bayi saat Anda batuk dan pilek



Jakarta – Dokter Spesialis Anak, Professor. Soedjatmiko mencegah batuk atau bersin untuk mencium anak-anak dan bayi di sekitar Anda selama infeksi COVID-19 saat ini untuk mencegah infeksi bakteri, virus atau jamur, termasuk pneumonia.

“Bakteri, virus, dan jamur ada dimana-mana. Kalau ada keluarga yang sedang flu, jangan cium bayi dan bayi,” ujarnya saat peringatan online Hari Pneumonia Sedunia 2020, Kamis. Selain itu, sebaiknya Anda mengenakan masker dan mencuci tangan sebelum menyentuh bayi dan anak-anak serta segera mencari pengobatan untuk memulihkan kondisi Anda.

Zodzatmiko mengatakan kuman penyebab pneumonia dapat merusak hidung, saluran udara anak, dan paru-paru mereka saat sistem kekebalan tubuh lemah. Kekebalan tubuh dilemahkan oleh sejumlah faktor, termasuk asap rokok, debu rumah, dan kemudian kerusakan pada saluran udara, dan tidak tersedianya ASI eksklusif untuk anak-anak, yang menyebabkan malnutrisi.

Belum lagi si kecil lahir dengan berat badan kurang, jika dibiarkan, menderita penyakit kronis dan terlambat dalam pengobatan, sehingga menempatkan kondisinya pada risiko kehilangan nyawanya akibat pneumonia.

Adapun gejalanya, Ketua Satgas Koordinasi Penyakit Pernafasan (UKK) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Dr. Nastity Kaswandani pernah mengatakan bahwa pneumonia ditandai dengan banyak gejala antara lain demam, batuk, dan kehilangan nafsu makan yang sering disalahartikan sebagai pilek dan flu.

Selain gejala tersebut, penderita juga mungkin mengeluhkan sesak nafas dan mungkin nafasnya lebih cepat dari biasanya. Demam bisa berlangsung selama 2-3 hari.

“Curigai pneumonia jika gejalanya menetap, (mis.) Demam selama 2-3 hari. Gejala penting lainnya dari seorang anak adalah bernapas lebih cepat dari biasanya, terjadi sesak napas,” kata Nastity dalam acara bincang-bincang virtual “Lindungi anak-anak dari risiko pneumonia selama infeksi” beberapa waktu lalu.

READ  Hasil Semifinal Bulu Tangkis SEA Games Putra 2021: Kekalahan Bobby Chettiaputi, Indonesia Gagal ke Final: Okason Game

Ketika gejala tersebut muncul, ia merekomendasikan agar korban segera dibawa ke rumah sakit dan segera mencari pertolongan untuk menyelamatkan nyawanya. Dari segi jumlah kasus, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita pneumonia terendah pada tahun 2019 yaitu 153,00 kasus atau lebih sedikit 25.000 kasus dibandingkan tahun 2007.

Sementara jumlah balita telah mencapai 314.000 atau menurun 24.000 kasus sejak 2007. Meski demikian, Zodzatmiko mencatat bahwa angka kematian jauh lebih tinggi setiap tahun, sekitar 400-600, dan kemudian meningkat menjadi 1750 pada 2017.

“Padahal, pada tahun 1750-an dan 2020 mungkin saja menjadi penyebab COVID-19 pada 2017 karena kejadian COVID-19 pada anak-anak lebih tinggi dibandingkan di negara lain. Mungkin karena COVID-19 pada anak-anak di bawah usia satu tahun, ”ujarnya.

Sementara itu, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2017 menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian balita nomor dua di Indonesia. Penyebabnya antara lain tidak terpenuhinya ASI eksklusif yakni 54 persen, BBLR (10,2 persen), imunisasi masih lengkap (42,1 persen), polusi udara di ruang tertutup, dan kepadatan tinggi di rumah. .(E-4)

Sumber Berita: ANTARA.