Portal Teater – Direktur Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid akan berbicara mengenai data budaya terbuka termutakhir pada akhir pekan ini.
Percakapan ini digagas oleh Goethe-Institut Indonesien dalam webinar bertajuk “Retas Budaya” yang akan disiarkan melalui kanal Youtube resmi Goethe-Institut, Jumat (19/6) pukul 14.00 WIB.
Dalam program ini, lembaga budaya Jerman berbasis Jakarta bekerja sama dengan Ditjen Kebudayaan, Wikimedia Indonesia, Asosiasi Game Indonesia, dan PT Elex Media Komputindo.
Pada sesi pertama, Hilmar akan memaparkan apa yang telah dilakukan pemerintah dalam mendukung data budaya terbuka yang bisa diakses dan digunakan ulang oleh masyarakat.
Selain itu, salah satu aktivis budaya ini juga akan menyampaikan strategi-strategi yang dilakukan pemerintah untuk dapat mendukung data budaya terbuka di masa mendatang.
“Retas Budaya” adalah program yang mempertemukan institusi GLAM (galeri, perpustakaan, arsip, museum) dengan pelaku industri kreatif dan pegiat teknologi demi menghasilkan kolaborasi dan inovasi dari data budaya terbuka.
Dalam program ini, keempat institusi budaya akan menyajikan informasi bagaimana mereka menggunakan teknologi digital untuk membuka koleksi budaya agar digunakan ulang oleh pengunjung.
Webinar yang akan berlangsung pekan ini merupakan salah satu persiapan menuju puncak acara “Retas Budaya” berupa festival kreator yang akan diadakan November mendatang.
Dalam festival tersebut, publik akan diajak mengubah data budaya menjadi cerita, permainan, ataupun karya seni.
Melalui program ini, Goethe-Institut bercita-cita untuk menjadikan data-data budaya di Indonesia mudah diakses secara bebas sehingga semua orang bisa menggunakan, membagikan, bahkan memodifikasi sehingga penggunaan data secara kreatif bisa terjadi.
Informasi mengenai program ini dapat mengunjungi laman www.goethe.de/retasbudaya.
Bincang-bincang Musik
Masih seperti pekan-pekan sebelumnya ketika wabah melanda Indonesia, Goethe-Institut menggagas beberapa program budaya daring. Salah satunya #MusicTalk.
Pada pekan ketiga bulan Juni, lembaga budaya Jerman akan menampilkan soprano kondang Aning Katamsi.
Dalam penampilan yang akan disiarkan secara live streaming melalui Instagram goetheinstitut_indonesien, Aning akan membawakan beberapa karya musik klasik sambil bermain piano.
Tidak hanya bermain musik, Aning juga akan membuka percakapan serta berinteraksi dengan publik mengenai musik klasik, khususnya seriosa dan kisah tembang puitik Indonesia.
Aning adalah salah satu soprano Indonesia yang secara konsisten mengejar karir di musik klasik (seriosa).
Mendapatkan pelajaran vokal pertama dari ibunya sendiri, Pranawengrum Katamsi, ia kemudian melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Yayasan Musik (YPM).
Saat ini, ia juga menjadi instruktur vokal dan piano di YPM Music School dan The Resonanz Music Studio.
Selain berkarir solo, Aning adalah Konduktor Utama dari Paduan Suara Mahasiswa Universitas Indonesia Paragita.
Aning juga dikenal menyimpan kepedulian terhadap dunia literasi, yang diwujudkan dengan meluncurkan buku Klasik Indonesia pada 2008, berisikan kumpulan lagu seriosa Indonesia karya Binsar Sitompul, F.X Sutopo, dan Mochtar Embut.
Bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Aning menjadi salah satu editor pada buku Panduan Pelafalan Seriosa Indonesia (2011) dan Antologi Musik Klasik Indonesia (2013).
Penampilan Aning dapat Anda saksikan pada Rabu (17/6) pukul 19.00–20.00 WIB, lewat Instagram @goetheinstitut_indonesien.
BINGKIS
Sehari berikutnya, Goethe-Institut masih menemani hari-hari isolasi dengan dengan menyajikan program BINGKIS (Bincang Kamis).
Kali ini, perupa dan penulis Lala Bohang, yang baru kembali dari residensi internasional pertamanya di Jerman awal Maret lalu akan tampil dalam program bertajuk “Once Upon a Time”.
Dipandu Mira Asriningtyas, Lala akan menggambar karakter perempuan dari dongeng Jerman dan cerita rakyat Indonesia sambil berbagi pandangan tentang dongeng Indonesia dan Jerman.
Lala juga akan berbagi pengalamannya mengikuti residensi, temuan khususnya di Jerman, serta menyampaikan bagaimana kecenderungan narasi dongeng di Indonesia dan Jerman.
Sewaktu residensi di Jerman, ia mengumpulkan data untuk riset mengenai bagaimana konstruksi sosial perempuan di Jerman dan Indonesia terbentuk melalui dongeng untuk karya selanjutnya.
Pada kesempatan ini, Lala akan turut berkisah mengapa dongeng menjadi penting bagi perjalanan hidup dan karirnya.
Lala diketahui sangat gemar mengamati dan mengeksplorasi kisah-kisah pribadi yang intim, rutin, dan hal-hal yang sering diabaikan.
Kemampuannya untuk menciptakan gaya bercerita tertentu melalui teks dan gambar diterbitkan di beberapa buku ilustrasi terlaris.
Pada 2013, ia mengadakan pameran tunggal di LIR Space, Yogyakarta, dan pada 2016 Lala membuat The Museum of Forbidden Feelings, sebuah museum fiksi yang terinspirasi oleh bukunya dengan judul yang sama.
Lala juga telah berpartisipasi dalam pameran kelompok di Indonesia dan luar negeri.
Ia berbagi cerita dan pandangannya di berbagai konferensi dan festival seni dan literasi seperti the Asean Literary Festival, Ideafest, Makassar International Writers Festival, Bandung Readers Festival, serta Ubud Writers & Readers Festival.
Penampilan Lala dapat Anda saksikan pada Kamis (18/6) pukul 19.30–20.30 WIB melalui IG @goetheinstitut_indonesien.*