Portal Teater – Di tengah ketakutan global terhadap pandemi virus Corona, pakar kesehatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklaim bahwa vaksin Corona tak akan pernah ada.
Perwakilan WHO itu adalah Dr. David Nabarro, seorang profesor di Imperial College London, Inggris.
Berbicara kepada CNN, ia memperingatkan bahwa kita tidak boleh membuat “asumsi absolut” tentang vaksin Corona.
Nabarro menambahkan bahwa vaksin tersebut mungkin tidak muncul sama sekali. Dan penguncian atau lockdown bisa menjadi norma baru dalam kehidupan masyarakat global.
“Kita tidak dapat membuat asumsi absolut bahwa vaksin akan muncul sama sekali, atau jika itu muncul, apakah akan lulus semua tes kemanjuran dan keamanan,” katanya, melansir Mirror, Senin (4/5).
Menurut Nabarro, asumsi tersebut didorong oleh fakta bahwa “ada beberapa virus yang masih belum kita lawan vaksinnya.”
Karena itu, ia memperingatkan bahwa pandemi ini menjadi ancaman konstan bagi penduduk global.
Ia pun meminta masyarakat “untuk dapat menjalani kehidupan sosial dan aktivitas ekonomi dengan virus di tengah-tengah kita.”
Memang saat ini beberapa lembaga penelitian dan negara sedang mengembangkan vaksin Corona, termasuk satu di Universitas Oxford, dan juga Bill Gates serta puluhan lembaga lainnya.
Namun Nabarro menggarisbawahi bahwa tidak ada kepastian bahwa vaksin ini akan bekerja pada masyarakat luas. “Anda memiliki harapan tinggi, dan kemudian harapan Anda hancur,” katanya.
Peringatan Nabarro ini muncul tidak lama setelah Universitas Oxford bermitra dengan raksasa farmasi AstraZenenca untuk pengembangan, pembuatan, dan distribusi besar-besaran kandidat vaksin Covid-19 yang saat ini sedang diujicobakan di Inggris.
Langkah ini akan memungkinkan vaksinasi cepat di seluruh dunia jika kandidat vaksin itu terbukti efektif, kata universitas itu.
Masih Lama
WHO sebelumnya pernah melontarkan pernyataan bahwa pandemi pun akan bertahan dalam waktu yang masih lama. Dan pembuatan vaksin dapat memakan waktu 12-18 bulan.
Sementara itu, pusat penelitian penyakit menular di Universitas Minnesota baru-baru ini berpendapat bahwa pandemi Covid-19 akan bertahan hingga 2 tahun ke depan.
Menurut mereka, penyelesaian wabah corona ini sulit dilakukan lantaran adanya orang-orang positif namun tanpa gejala.
Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi AS Dr. Anthony Fauci menandaskan bahwa mungkin dunia tak akan bisa kembali seperti sebelum corona menyerang.
“Kelak jika kondisi dunia mulai pulih, kita akan kembali ke titik di mana kita bisa kembali bermasyarakat,” katanya, melansir Tribun.
Kalaupun dunia akan pulih setelah pandemi mereda, itupun tidak akan pernah terjadi karena virus ini akan terus ada.
Karena itu, yang penting dilakukan masyarakat saat ini adalah tetap patuh pada anjuran pemerintah terkait “social distancing”.
Selain itu, masyarakat pun diminta tidak terlalu berharap akan adanya vaksin atau obat untuk pasien corona.
Vaksin dari China
Mengutip Tribun, para peneliti dari Sinovac Biotech, satu dari empat uji klinis di China, sebelumnya mengklaim adanya kemajuan besar dalam penelitian mereka terkait pembuatan vaksin Corona.
Dalam percobaan pada monyet, hasilnya sangat menjanjikan. Sementara percobaan kepada manusia baru saja dimulai.
Para peneliti mengatakan siap untuk memproduksi 100 juta dosis per tahun untuk memerangi virus Corona.
Sementara ribuan dosis vaksin, yang didasarkan pada patogen tidak aktif, sudah diproduksi dan dikemas dengan tulisan “Coronavac”.
Sebelum memasarkan, perusahaan harus menunjukkan dapat menghasilkan atau memproduksi dalam skala besar dan menyerahkan nomor produksi kepada otoritas untuk diasasi.
Perusahaan pun tidak tahu kapan vaksin ini bisa mulai dipasarkan.
Sinovac memang sudah memiliki pengalaman dalam memproduksi massal obat untuk melawan virus di dunia, antara lain vaksin H1N1 atau flu babi pada 2009 lalu.
Meskipun sukses di tahap berikutnya, Sinovac tidak akan mampu memproduksi vaksin untuk mengobati seluruh populasi dunia.
Karena itu, mereka harus bermitra dengan lembaga asing yang sudah membeli vaksin flu dan hepatitis dari mereka.
Meski demikian, belum dipastikan kapan pengujian terhadap vaksin-vaksin tersebut dinyatakan lolos tes kemanjuran dan keamanan.
Sebab virus Corona begitu sulit terdeteksi, bahkan melakukan 30 kali mutasi, menurut laporan para ilmuwan dari Universitas Zhejiang China, Rabu (22/4) lalu, mengutip Dailymail.
Menurut mereka, 19 mutasi diantaranya belum pernah terlihat sebelumnya. Beberapa mutasi membuat virus menyerang sel-sel tubuh lebih kuat, sehingga penyakit ini berkembang lebih cepat.*