“Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit saluran napas kronis yang ditandai dengan gangguan aliran udara, terutama udara kadaluwarsa, yang sifatnya progresif dan memburuk seiring waktu,” kata dokter tersebut. Dalam rangka Hari COPD Sedunia 2020 yang diselenggarakan pada Rabu 18 November 2020, Pudi Andrexa, SBP (K), PhD, ahli paru, asma dan konsultan PPOK di rumah sakit ramah tersebut.
Dia mengatakan awal COPD biasanya di usia paruh baya dan tidak hilang dengan pengobatan. Gejala PPOK antara lain sesak napas, yang meningkat seiring aktivitas dan meningkat seiring bertambahnya usia, disertai batuk berdahak atau mengalami sesak napas disertai batuk.
“Faktor risiko PPOK di Indonesia merupakan yang terbesar ketiga di dunia dengan prevalensi perokok di Indonesia,” kata dokter tersebut. Baru.
Data Gates 2013 menunjukkan bahwa 67 persen perokok di bawah usia 15 tahun di Indonesia adalah pria.
Faktor risiko lain untuk COPD meliputi:
1. Usia paruh baya (di atas 45 tahun).
2. Asap rokok.
3. Polusi udara.
4. Polusi tempat kerja.
“Minimal dalam riwayat / gejala penyakit seseorang secara klinis dinyatakan PPOK dan memiliki riwayat terpapar faktor risiko, antara lain batuk dan dahak kronis, terutama saat melakukan tindakan pada orang usia menengah atau lanjut usia,” Drs. Baru.
(POHON CEMARA)
“Gila sosial. Pengusaha. Pengacara bacon. Kutu buku bir yang bergairah. Pelopor musik yang ramah.”
More Stories
Sambil menyapu, pengemudi Ojol dengan penuh semangat meminta untuk ikut demo atau mengembalikan jaket tersebut.
PDIP Sebut Risma-Gus Hans Putaran Kedua di Pilgub Jatim 2024, Daftar Malam Ini
Ahmad Sayku-Ilham TMP Ziarah ke Makam BJ Habibi di Kekhalifahan