April 20, 2024

Portal Teater

Periksa halaman ini untuk berita utama terkini Indonesia,

Gejala dan faktor risiko penyakit paru obstruktif kronik

Jakarta: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) masih banyak yang belum diketahui. Menurut data prevalensi Risectas 2013, diperkirakan ada 10 juta orang yang hidup dengan PPOK di Indonesia yang sebagian besar memiliki riwayat merokok atau tinggal di daerah yang memiliki polusi udara. COPD umumnya lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.

“Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit saluran napas kronis yang ditandai dengan gangguan aliran udara, terutama udara kadaluwarsa, yang sifatnya progresif dan memburuk seiring waktu,” kata dokter tersebut. Dalam rangka Hari COPD Sedunia 2020 yang diselenggarakan pada Rabu 18 November 2020, Pudi Andrexa, SBP (K), PhD, ahli paru, asma dan konsultan PPOK di rumah sakit ramah tersebut.

Dia mengatakan awal COPD biasanya di usia paruh baya dan tidak hilang dengan pengobatan. Gejala PPOK antara lain sesak napas, yang meningkat seiring aktivitas dan meningkat seiring bertambahnya usia, disertai batuk berdahak atau mengalami sesak napas disertai batuk.

“Faktor risiko PPOK di Indonesia merupakan yang terbesar ketiga di dunia dengan prevalensi perokok di Indonesia,” kata dokter tersebut. Baru.

Data Gates 2013 menunjukkan bahwa 67 persen perokok di bawah usia 15 tahun di Indonesia adalah pria.

Faktor risiko lain untuk COPD meliputi:

1. Usia paruh baya (di atas 45 tahun).

2. Asap rokok.

3. Polusi udara.

4. Polusi tempat kerja.

“Minimal dalam riwayat / gejala penyakit seseorang secara klinis dinyatakan PPOK dan memiliki riwayat terpapar faktor risiko, antara lain batuk dan dahak kronis, terutama saat melakukan tindakan pada orang usia menengah atau lanjut usia,” Drs. Baru.
(POHON CEMARA)

READ  5 Fakta Baru Legislator Stiker Ambulans Terhadap Karcis Kekinian di Bogor