Portal Teater – Tes spesimen yang dilakukan akan sangat mempengaruhi jumlah kasus positif virus Corona di Indonesia.
Hal itu disampaikan tim pakar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan merespon fluktuasi kasus Covid-19 selama Mei ini kepada Detik.com, Minggu (10/5).
Iwan menandaskan, memang temuan kasus baru selama beberapa hari terakhir cenderung memperlihatkan fluktuasi, di mana kasus baru bergerak di angka moderat kurang dari 400 per hari.
Namun jumlah kasus baru tersebut secara stastikal terlalu cepat untuk dikatakan sebagai tren penurunan kasus.
Sebab, kata Iwan, pemerintah juga seharusnya memeriksa dengan baik data pengujian spesimen per harinya.
“Memang betul, datanya masih fluktuatif dan kita mesti hati-hati, karena jumlahnya testnya juga fluktuatif,” katanya.
Dari catatan Portal Teater, jumlah kasus baru menurun secara moderat selama tiga hari berturut-turut pada 6-8 Mei lalu.
Setelah mencapai angka tertinggi pada Selasa (5/5) dengan temuan sebanyak 484 kasus, jumlah kasus baru bergerak menurun menjadi 367 kasus pada Rabu, lalu turun lagi ke 338 kasus pada Kamis dan 336 kasus pada Jumat.
Namun sehari kemudian, jumlah kasus melonjak menjadi 533 kasus, tertinggi sejak 2 Maret lalu. Laporan terakhir pada Minggu mengatakan ada 387 kasus baru.
Iwan menyarankan agar pemerintah juga perlu memperhatikan jumlah spesimen yang dilakukan test setiap harinya. Karena hal itu akan berpengaruh pada fluktuasi jumlah pasien positif.
“Jadi nggak bisa cuma liat berapa yang positif aja, tapi jumlah yang dites berapa. Karena kalau jumlah tesnya sama terus setiap hari, kalau kasusnya berkurang, ya artinya memang mulai berkurang kan, karena tesnya sama terus,” paparnya.
Fluktuasi Tes
Dari penuturan Juru Bicara Achmad Yurianto diketahui bahwa jumlah tes spesimen dilakukan melalui dua cara.
Pertama menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan kedua menggunakan tes cepat molekuler (TCM).
Dari kedua tes tersebut didapatkan angka bahwa jumlah tes sejak 5 Mei lalu terus naik. Pada hari itu tercatat ada 121.547 tes.
Kemudian pada 6 Mei ada 128.383 tes, 7 Mei 134.151 tes, 8 Mei 143.781 tes, 9 Mei 150.493 tes dan 10 Mei 158.273 tes.
Dari data tersebut, terlihat bahwa masih terjadi fluktuasi dalam pengujian spesimen. Pengujian tertinggi dilakukan pada 8 Mei sebanyak 9.630 tes spesimen.
Sementara itu, pada 5 Mei sebanyak 4.686 tes, 6 Mei 6.836 tes, 7 Mei 5.768 tes, 9 Mei 6.712 tes, dan 10 Mei 7.780 tes. Dengan tes terakhir ini, maka rasio tes Indonesia adalah 579/1 juta populasi.
Jumlah ini tentu jauh di bawah Amerika Serikat dengan 28.533 tes/1 juta populasi, untuk membandingkannya dengan negara maju.
Sementara di tingkat ASEAN, Indonesia jauh di bawah Singapura dengan 30.016 tes/1 juta, Filipina 1.489 tes/1 juta, Malaysia 7.938 tes/1 juta, dan Thailand 3.264 tes/1 juta.
Tingkatkan Jumlas Tes
Presiden Joko Widodo pada pekan lalu sudah meminta agar pengujian dilakukan sekurang-kurangnya 10 ribu tes per hari.
Namun karena kekurangan alat tes, SDM dan prioritas tes, maka pengujian masih mentok di angka 9 ribu tes.
Permintaan Jokowi itu mendorong harapan agar kasus Corona di Indonesia menurun pada Mei ini, dan mereda pada bulan berikutnya.
Karena itu, Iwan kembali mendorong agar pemerintah perlu meningkatkan jumlah pengujian spesimen tiap hari.
Ketika sudah mencapai pengujian yang tinggi, ia pun meminta agar dipertahankan, sehingga pemerintah dan analis dapat memperkirakan kecenderungan data jumlah kasus.
“Tapi kalau tesnya setiap hari berbeda-beda, kan karena yang dites sedikit yang positif juga bisa sedikit. Jadi harus ditingkatkan dan dijaga tinggi terus,” pungkas Iwan.
Ia menilai masih terlalu dini bila pemerintah menyebut kasus telah berkurang. Sebab penurunan hanya terjadi pada 6-8 Mei.
Achmad Yurianto pada Minggu (10/5) mengatakan, data kasus Covid-19 masih naik turun.
“Kita melihat dalam kecenderungan data yang kita dapatkan pada satu minggu terakhir nampak adanya fluktuasi. Di beberapa daerah, ada kecenderungan yang konsisten meningkat semakin sedikit, namun di beberapa daerah ada juga yang tidak konsisten,” katanya.
Dengan fluktuasi kasus tersebut, mengakibatkan masa depan penyebaran virus Corona masih sulit diramalkan.
Yuri melaporkan bahwa jumlah kasus terakhir sebanyak 14.032 positif, dengan 973 kematian dan 2.698 pasien dinyatakan sembuh.*