Portal Teater – Kasus harian virus corona di Provinsi DKI Jakarta selama beberapa pekan terakhir menunjukkan tren mendatar.
Hal itu didorong oleh efektivitas pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Para ahli dan pejabat pemerintah bahkan mengklaim bahwa Jakarta telah melewati puncak pandemi.
PSBB di ibukota sendiri telah diterapkan sebanyak tiga jilid. Yang pertama terjadi sepanjang 10-23 April, kedua pada 24-22 Mei dan ketiga, yang menentukan, pada 23 Mei-4 Juni mendatang.
Pada Selasa (26/5) ini, pemerintah melaporkan, seperti tercatat di situs resmi corona.jakarta.go.id, ada total 6.709 kasus.
Jumlah tersebut terdiri dari 501 pasien meninggal dunia, 1.655 pasien sembuh, dan 2.044 sedang dirawat di rumah sakit serta ada 2.430 pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri.
Pada Senin (25/5), Pemprov Jakarta melaporkan ada 69 kasus baru, turun dari sehari sebelumnya ada 118 kasus baru.
Meski masih bergerak fluktuatif, kasus harian selama lebih dari satu pekan terakhir rata-rata berkisar di bawah angka 100 kasus.
Sebuah “kemajuan signifikan” seperti dikatakan Gubernur Anies Baswedan dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Senin.
Jatim, Episentrum Baru
Sebaliknya, Provinsi Jawa Timur kini menjadi episentrum baru setelah beberapa hari terakhir kasus hariannya meningkat tajam.
Peningkatan tersebut, menurut juru bicara Achmad Yurianto, karena terjadi tambahan pengujian spesimen di daerah itu.
Pada Senin (25/5), pemerintah setempat melaporkan ada 233 kasus baru. Kasus tertinggi terjadi di kota Surabaya dengan 120 kasus.
Sebelumnya, ketika pemerintah pusat melaporkan kasus tertinggi sebanyak 973 kasus pada Kamis (21/5), hal itu karena lonjakan kasus di Jatim yang melaporkan ada 502 kasus baru.
Total kini daerah di ujung timur Pulau Jawa menderita 3.886 kasus, dengan 489 sembuh, 292 meninggal dan 3.105 sedang dirawat.
Kota Surabaya masih memimpin jumlah akumulasi kasus dengan 2.095 orang positif (53 persen), 188 sembuh, 177 meninggal dunia, dan 1.730 sedang dirawat di rumah sakit.
Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengakui bahwa ada faktor keterlambatan dalam penanganan virus kota provinsi tersebut, terutama di klaster baru seperti Pabrik Rokok di Surabaya.
Ia mengatakan, bahkan sangat terlambat karena baru ditangani setelah 14 hari virus menyebar dan akibatnya kini kian meluas.
“Jadi ketika ada kluster pabrik rokok, kluster di beberapa pasar tradisional ini sebetulnya agak telat melakukan pressing-nya,” katanya, melansir Tribun Wow, Senin (25/5).
Seperti DKI Jakarta, Jatim sudah menerapkan PSBB untuk tiga kota/kabupaten, yaitu Surabaya, Gresik dan Sidoarjo.
Penerapan PSBB mulai sejak 28 April-11 Mei, untuk tahap pertama. PSBB tahap II telah diberlakukan sampai 25 Mei kemarin.
Rencananya, PSBB masih akan diperpanjang lagi, untuk tahap ketiga, mulai 26 Mei-8 Juni mendatang.
“Kota Surabaya, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo memutuskan untuk melanjutkan PSBB Surabaya Raya tahap ketiga,” ujar Koordinator PSBB Jatim Heru Tjahjono, Senin (25/5).
Alasan perpanjangan PSBB, menurut Heru, karena masih terjadi peningkatan kasus di ketiga daerah tersebut. Sementara Pemkab setempat pun meminta agar PSBB dilanjutkan.
Di DKI Jakarta, Gubernur Anies bahkan sesumbar mengatakan bahwa PSBB kemungkinan dilanjutkan setelah 4 Juni bilamana masih terjadi peningkatan kasus.
Sebaliknya, jika tidak terjadi kenaikan, maka Pemprov DKI Jakarta akan menjadikannya sebagai transisi menuju “new normal“.