Juli 27, 2024

Portal Teater

Periksa halaman ini untuk berita utama terkini Indonesia,

Jika Aurora Muncul di Indonesia, Benarkah Tanda Akhir Dunia?

Jika Aurora Muncul di Indonesia, Benarkah Tanda Akhir Dunia?

JAKARTA, CNBC Indonesia – Fenomena cahaya bersinar di langit dengan lampu warna-warni seperti lampion atau biasa disebut aurora sedang menjadi topik hangat saat ini.

Aurora hadir dengan tontonan cahaya alami yang menyinari langit. Lampu berwarna biru, merah, kuning, hijau, dan jingga perlahan bergerak dan berubah bentuk seperti tirai yang ditiup perlahan. Fenomena alam ini hanya terlihat pada malam hari dan biasanya hanya muncul di wilayah kutub bawah.

Aurora terlihat hampir setiap malam di dekat Lingkaran Arktik dan Antartika, yaitu sekitar 66,5 derajat utara dan selatan garis khatulistiwa. Di bagian utara, penampakannya dikenal dengan nama Aurora Borealis atau Cahaya Utara. Di selatan dikenal dengan nama aurora australis atau cahaya selatan.

Namun para ilmuwan mengatakan aurora dapat dilihat di negara-negara khatulistiwa seperti Indonesia, namun ada bahayanya. Hal ini dapat menyebabkan 'bencana satelit' atau bahkan bencana dunia maya. Hal tersebut dijelaskan Profesor Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Thani Herdivijaya Bossa dalam unggahan udara.


Foto: AP/Jane Barlow
Aurora Borealis, atau Cahaya Utara, di atas Jembatan Forth di North Queensferry, Skotlandia, Jumat 10 Mei 2024. (Jane Barlow/AP via PA)

Belum lama ini, Cahaya Utara atau Aurora Borealis di Belahan Bumi Utara dan Cahaya Selatan atau Aurora Australis di Belahan Bumi Selatan menjadi perbincangan warganet Indonesia pada akhir pekan lalu.

Badai matahari minggu lalu, yang menyebabkan fenomena aurora, dipicu oleh partikel energik yang diarahkan ke kutub bumi dan bertabrakan dengan atom oksigen dan nitrogen di atmosfer bumi. Banyak negara melaporkan asal usulnya.

Ahli astrofisika Janna Levine mengatakan partikel energik penyebab gelombang aurora saat ini bergerak sangat lambat sehingga peristiwa tersebut bisa berlangsung hingga akhir pekan.

Aurora pernah ditempatkan di Asia

Netizen Indonesia belum bisa melihat langsung pemandangan malam spektakuler tersebut akibat dahsyatnya badai matahari yang melanda bumi dalam 20 tahun terakhir.

Acara ini hanya dapat dinikmati di negara-negara Eropa, Amerika dan Australia.

Namun, Guru Besar Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Thani Herdivijaya mengatakan, secara historis aurora diamati di negara-negara Asia, misalnya Jepang. Saat itu, aurora baru terlihat setelah terjadi badai matahari dahsyat pada tahun 1859.

Namun kehadiran aurora dapat menyebabkan peristiwa Carrington, yaitu badai geomagnetik yang sangat besar. Badai ini terjadi ketika gelembung besar gas super panas yang disebut plasma dikeluarkan dari permukaan Matahari dan menghantam Bumi. Gelembung-gelembung ini disebut lontaran massa koronal.

Plasma lontaran massa koronal terdiri dari awan proton dan elektron, yang merupakan partikel bermuatan listrik. Ketika partikel-partikel ini mencapai Bumi, mereka berinteraksi dengan medan magnet yang mengelilingi planet tersebut. Interaksi ini mendistorsi dan melemahkan medan magnet sehingga menyebabkan perilaku aneh aurora borealis dan fenomena alam lainnya. Badai geomagnetik juga mengancam menyebabkan pemadaman listrik dan internet.


Cahaya Utara, atau Aurora Borealis, menerangi langit malam di atas pegunungan di Le Col des Moss, Armont-Dessés Pass, Swiss, Sabtu dini hari, 11 Mei 2024.  (Jean-Christophe Baut/AP melalui Keystone)Foto: AP/Jean-Christophe Bott
Cahaya Utara, atau Aurora Borealis, menerangi langit malam di atas pegunungan di Le Col des Moss, Armont-Dessés Pass, Swiss, Sabtu dini hari, 11 Mei 2024. (Jean-Christophe Baut/AP melalui Keystone)

Selain pemadaman listrik, juga akan terjadi gangguan komunikasi global. Penyedia layanan internet mungkin akan down, menghilangkan kemampuan sistem yang berbeda untuk berkomunikasi satu sama lain. Sistem komunikasi frekuensi tinggi seperti radio darat-ke-udara, gelombang pendek, dan radio kapal-ke-pantai dapat terganggu. Satelit yang mengorbit di sekitar Bumi dapat rusak oleh arus akibat badai geomagnetik yang membakar papan sirkuitnya. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada telepon berbasis satelit, Internet, radio dan televisi.

Selain itu, ketika badai geomagnetik menghantam Bumi, peningkatan aktivitas matahari memperluas atmosfer ke arah luar. Ekspansi ini mengubah kepadatan atmosfer di sekitar orbit satelit. Atmosfer yang lebih padat menciptakan hambatan pada satelit, sehingga memperlambatnya. Dan jika tidak dipindahkan ke orbit yang lebih tinggi, ia bisa jatuh kembali ke Bumi.

Gangguan lain yang berpotensi mempengaruhi kehidupan sehari-hari adalah sistem navigasi. Hampir setiap moda transportasi, mulai dari mobil hingga pesawat terbang, menggunakan GPS untuk navigasi dan pelacakan. Bahkan perangkat portabel seperti ponsel, jam tangan pintar, dan tag pelacak mengandalkan sinyal GPS yang dikirim dari satelit. Sistem militer sangat bergantung pada GPS untuk koordinasi. Sistem deteksi militer lainnya seperti radar over-the-horizon dan sistem deteksi kapal selam dapat terganggu, sehingga membahayakan keamanan nasional.

Riset CNBC Indonesia

[email protected]

(melihat/melihat)

[Gambas:Video CNBC]


READ  Teleskop James Webb menangkap galaksi ultra-terang, gugus bintang yang jauh