Mei 5, 2024

Portal Teater

Periksa halaman ini untuk berita utama terkini Indonesia,

Pemilih SD Gen Z, bersemangat tapi bingung

Pemilih SD Gen Z, bersemangat tapi bingung

Kompas/Hendra A Chetyawan

Santri mengikuti kegiatan Peci Santri (Lomba Ceramah Demokrasi Antar Santri) yang digelar dalam rangka festival pemilu tahun 2014 di Pondok Pesantren Nurul Hikma, Jongol, Kabupaten Pokor, Jawa Barat pada Jumat (17/11/2023). Diselenggarakan oleh KPU Kabupaten Bogor, acara tersebut merupakan upaya sosialisasi kepada pemilih jelang pemilu 2024.

Generasi Z, berusia 17-21 tahun, menyambut pemilu pertama mereka tahun ini. Ada di antara mereka yang berminat mengikuti pemilu, namun bingung memilih calon anggota DPR atau calon presiden/wakil presiden yang mana.

Rosalina Bindi Habiba (21), mahasiswa sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, menyadari hal tersebut. Ia mengaku telah memutuskan untuk mengikuti pemilu pertamanya pada tahun 2024. Saya ingin tahu bagaimana rasanya ikut pemilu. Di media sosial ramai dibicarakan, jadi saya tertarik, kata Rosalina di Jakarta, Senin (12/2/2024).

Baca berita tentang pemilu 2024

Memahami informasi pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, survei Litbang Kompas dan konten lainnya.

Kunjungi halaman Pemilu

Awalnya dia tidak menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pemilu. Menurutnya suaranya tidak begitu penting. “Namun, baru-baru ini saya menyadari bahwa meskipun saya hanya memiliki satu suara, namun hal itu dapat menentukan masa depan kita semua, termasuk Generasi Z seperti saya,” imbuhnya.

Baca Juga: Pemilih Perlu Kritik Agar Tak Terjebak di Ruang Gema

Saat Rosalina mengikuti debat capres pertama pada 12 Desember 2023 dan debat capres/Cavapres berikutnya, ia menyadari bahwa suara pemilih itu penting. Di sana, kami membahas demokrasi, korupsi, peluang kerja, dampak lingkungan dan banyak hal. Semua ini ada hubungannya dengan masa depan generasi saya. “Jadi, menurut saya sebaiknya saya memilih pemimpin yang peduli terhadap persoalan ini, terutama yang bisa memberikan lapangan kerja,” kata Rosalina.

READ  Beberapa Pembalap MotoGP Kondisi Sirkuit Mandalika, Pembalap Nasional Ini Pasang Badan: Okezone Sports

Selama ini Rosalina mengaku mengikuti informasi terkait pemilu, calon presiden/Cavabrae, dan keadaan negara melalui media sosial seperti Tiktok dan X alias Twitter. Sehari-harinya ia mencari informasi terkait rekam jejak calon presiden/wakil presiden dan partai politik peserta pemilu. “Media sosial lebih berpengaruh terhadap keputusan memilih saya dibandingkan orang tua dan teman-teman saya karena saya selalu membuka media sosial,” ujarnya.

Jelang referendum Rabu (14/2/2024), Rosalina punya opsi untuk maju ke Pilpres. Namun, ia masih berada dalam kebingungan dalam jajak pendapat dewan di semua tingkatan. “Sungguh membingungkan karena saya tidak mengenal siapa pun dan saya tahu prestasi mereka. Saya akan memilih secara acak di TPS nanti. Yang penting calon anggota DPR berasal dari partai yang bebas korupsi. “Cukup sudah,” kata Rosalina yang akan mencoblos di TPS Kota Tangerang di Bandon.

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lebak melakukan pendekatan kepada pemilih awal di SMKN 1 Lebak, Banten pada Selasa (19/9/2023).  Sosialisasi ini merupakan kelanjutan dari festival pemilu 2024 yang telah direncanakan KPU sejak 14 Januari 2023 atau satu tahun sebelum pemungutan suara.
Kompas/Hendra A Chetyawan

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lebak melakukan pendekatan kepada pemilih awal di SMKN 1 Lebak, Banten pada Selasa (19/9/2023). Sosialisasi ini merupakan kelanjutan dari festival pemilu 2024 yang telah direncanakan KPU sejak 14 Januari 2023 atau satu tahun sebelum pemungutan suara.

Seperti Rosalina, M Faiz Ramadhan (18) yang bersekolah di SMAN 3 Sipinang, Kabupaten Pokor, Jawa Barat, antusias mengikuti pemilu pertama. “Saya merasa sangat bersemangat sebagai pemilih baru yang akan menggunakan hak pilihnya dan menjadi bagian penting dalam proses demokrasi,” kata Faiz, Selasa (6/2/2024).

Meski usianya masih muda, Faiz mengaku belum terlalu melek politik. Pasalnya, keluarganya terutama orang tua, tante, paman, dan pamannya kerap membicarakan pasangan calon presiden/wakil presiden 2024. Teman sekolahnya pun kerap menelponnya untuk membicarakan politik. Dari sana ia aktif fokus pada urusan politik.

READ  Konflik Rusia vs Ukraina, Mengapa Negara Muslim Chechnya Bantu Rusia? dalam Kata Pengamat

Sejauh ini dia sudah memutuskan calon presiden/wakil presiden mana yang akan dipilihnya. Pilihannya dipengaruhi oleh obrolan di keluarganya dan percakapan yang beredar di Tik Tok. “Banyak teman saya yang terang-terangan menjelek-jelekkan paslon lain. Sebaiknya saya diam saja, agar tidak terjadi perpecahan di kelas,” kata Faiz.

Mengawali perdebatan, Faiz mengingatkan kawan-kawannya bahwa masing-masing pasangan capres/cawapres mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. “Sebagai pemilih pemula, hendaknya kita berpikir matang-matang sebelum mengambil keputusan,” ujarnya.

Baca Juga: Pemilih muda menjadi pertimbangan partai politik dalam memilih calon anggota dewan

Pemilu 2024 akan menjadi pemilu pertama bagi Risky Fahreza (21). Rabu (14/2/2024) sangat antusias menggunakan hak pilihnya. Masalahnya, dia masih bingung menentukan pasangan calon legislatif atau calon presiden/wakil presiden mana yang harus dipilihnya. Kebingungan ini disebabkan banyaknya perbincangan dan simpang siur informasi seputar partai politik dan calon presiden/wakil presiden di media sosial.

Ia merasa media sosial ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi memberikan kebebasan Warganet Untuk mengakses informasi. Di sisi lain, kontennya penuh perdebatan antar kubu. Selama ini yang bisa ia lakukan agar tidak tersesat dalam belantara informasi di media sosial adalah dengan cerdas menyikapi segala informasi yang diterimanya. “Kita perlu fokus pada cara kita memproses dan mencerna informasi dari media sosial,” kata Risky, yang kuliah di Universitas Merkubuana.

Salah satu peserta menyampaikan ceramah pada acara Besi Santri (Kompetisi Ceramah Demokrasi di Kalangan Santri) yang digelar dalam rangka festival pemilu tahun 2014 di Pondok Pesantren Nurul Higma, Jongol, Kabupaten Pokor, Jawa Barat, Jumat.  (17/11/2023).  Diselenggarakan oleh KPU Kabupaten Bogor, acara tersebut merupakan upaya sosialisasi kepada pemilih jelang pemilu 2024.
Kompas/Hendra A Chetyawan

Salah satu peserta Besi Santri (Kompetisi Ceramah Demokrasi Antar Santri) menyampaikan pidato dalam rangka festival pemilu 2014 di Pondok Pesantren Nurul Higma di Jongol, Kabupaten Pokor, Jawa Barat, pada Jumat. (17/11/2023). Diselenggarakan oleh KPU Kabupaten Bogor, acara tersebut merupakan upaya sosialisasi kepada pemilih jelang pemilu 2024.

Pada pemilu 2024, pemilih generasi Z berjumlah 46.800.161 jiwa atau 22,85 persen dari total pemilih sebanyak 204.807.222 jiwa. Beberapa Gen Z yang lahir antara tahun 1997-2009 menggunakan hak pilihnya untuk pertama kali. Antusiasme mereka yang tinggi dan angka yang tinggi akan menentukan hasil pemilu 2024 dan masa depan kita.

READ  Bentah Terrobos Palang Pintu, Ini Pengakuan Pengemudi Mobil yang Tertabrak KRL di Depok Halaman all

Banyak isu penting yang menjadi perhatian Gen Z, termasuk perubahan lingkungan, korupsi, kualitas, peningkatan teknologi, kesempatan kerja, pemerataan pembangunan di sektor pendidikan, dan pelestarian budaya. “Pada dasarnya ini adalah isu-isu yang sangat mempengaruhi masa depan generasi muda. Makanya generasi saya tidak bisa ketinggalan dalam pemilu. Teman-teman juga punya sikap yang sama,” kata Rosalina.

Hasil kerjasama dengan Praktisi Harian Kompas: Chelsea Anastasia, mahasiswa Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjatjaran dan Kamila Meilina, mahasiswa Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia