Maret 29, 2024

Portal Teater

Periksa halaman ini untuk berita utama terkini Indonesia,

WHO: Bukan epidemi terakhir, dunia perlu belajar dari epidemi Pemerintah-19

KOMPAS.com – Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) Peringatan, Penyebaran virus korona secara internasional Apa yang terjadi sekarang bukanlah krisis terakhir.

Namun, upaya peningkatan kesehatan manusia tanpa memperhatikan perubahan iklim dan kesejahteraan hewan tidak ada artinya.

Kutipan AFP, Minggu (27/12/2020), Presiden WHO Tetros Adanom Capreius Mengutuk mereka yang hanya mengeluarkan uang untuk ledakan Pemerintah-19, tetapi tidak melakukan apa pun untuk mempersiapkan ledakan berikutnya.

Bagi dunia, inilah saatnya dunia belajar Gondok menular-19.

“Untuk waktu yang lama dunia telah berjalan dalam siklus kepanikan dan pengabaian,” kata Tetros dalam pesan video yang menandai Hari Persiapan Epidemi Internasional.

“Kami membuang-buang uang ketika ledakan itu terjadi dan setelah selesai kami melupakannya dan tidak melakukan apa pun untuk mencegah ledakan berikutnya. Itu sangat kecil, dan sulit untuk dipahami,” katanya.

Baca juga: 10 Bulan Wabah di Indonesia, Govt-19 Kasus Bocor 700.000, Apa Alasannya?

Dunia belum siap menghadapi epidemi

Beberapa bulan menjelang merebaknya virus korona, Dewan Pemantau Kesiapsiagaan Dunia merilis laporan tahunan pertamanya pada September 2019 tentang kesiapan global untuk keadaan darurat kesehatan.

Laporan itu mengatakan dunia belum siap menghadapi bencana epidemi.

“Sejarah memberi tahu kita bahwa ini bukan epidemi terakhir, dan epidemi adalah fakta kehidupan,” tegasnya.

“Epidemi menyoroti hubungan erat antara kesehatan manusia, hewan dan planet,” kata Tetros.

Tetros mengatakan setiap upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia akan gagal jika krisis antara manusia dan hewan serta ancaman perubahan iklim tidak dapat diatasi.

Hingga saat ini, virus corona telah menewaskan 1,75 juta jiwa dan hampir 80 juta pasien.

READ  TikTok mengaktifkan fitur subtitle dan terjemahan dengan AI

“Dalam 12 bulan terakhir, dunia kita telah terbalik. Dampak epidemi jauh melampaui penyakit dan memiliki konsekuensi jangka panjang bagi masyarakat dan ekonomi,” kata Tetros.

Baca juga: Ahli epidemiologi: Bukti tiket iklan dari manajemen epidemi yang tidak terkoordinasi

Namun, mantan menteri kesehatan Ethiopia, Kovit-19 seharusnya tidak mengejutkan karena telah berulang kali diperingatkan.

“Kita semua perlu belajar dari epidemi yang mengajari kita,” katanya.

Tetros mengatakan semua negara harus berinvestasi dalam kemampuan siap pakai untuk mencegah, mendeteksi, dan mengurangi semua jenis keadaan darurat.

Ia juga mengimbau Tetros untuk memberikan perawatan kesehatan primer yang kuat kepada dunia.

“Dengan berinvestasi pada kesehatan masyarakat, kita dapat memastikan bahwa anak-anak kita mewarisi dunia yang lebih aman, lebih tangguh, dan berkelanjutan,” jelasnya.

Sebelumnya, PBB menyatakan 27 Desember sebagai Hari Pencegahan Epidemi Internasional.

Tujuannya adalah untuk mempromosikan pentingnya pencegahan, kesiapsiagaan dan kemitraan dalam menangani infeksi.

KOMPAS.com/AkbarBayuTamdomo
Infografis: 5 negara yang menawarkan vaksin korona gratis