Portal Teater – Kematian akibat virus corona di Amerika Serikat telah mencapai 100 ribu orang pada Kamis (28/5).
Ini terjadi hanya lebih dari empat bulan setelah pemerintah mengkonfirmasi kasus pertama pada Januari lalu.
Presiden Donald Trump beberapa waktu lalu memperkirakan bahwa, setelah melihat rentanya warga yang terinfeksi, jumlah kematian di negara yang dipimpinnya itu bisa mencapai 100 ribu orang.
Jumlah korban jiwa ini pun jauh lebih tinggi daripada di negara lain mana pun di dunia. Di bawah AS adalah Inggris dengan 37.460 korban dan Italia dengan 33.072 korban.
Jumlah korban di AS melebihi jumlah kematian pertempuran militer AS di setiap konflik sejak Perang Korea (1950-1953), menurut perhitungan New York Times, Kamis (28/5).
Jumlah korban ini juga hampir sama dengan korban pandemi flu 1968 di AS, dan mendekati 116 ribu orang yang terbunuh dalam wabah flu lain satu dekade sebelumnya.
Pandemi ini berada di jalur untuk menjadi bencana kesehatan publik paling mematikan di AS sejak pandemi flu tahun 1918, di mana sekitar 675 ribu orang AS meninggal kala itu.
Mantan Wakil Presiden Joseph R. Biden Jr., calon presiden dari Partai Demokrat, merilis sebuah video pada hari Rabu (27/5) di mana ia menyatakan kesedihan dan menuduh bahwa “ini adalah tonggak penting yang seharusnya tidak pernah kita (AS) capai.”
Dia menyalahkan pemerintahan Trump karena tidak memberlakukan langkah-langkah sosial yang lebih cepat, yang menurut para peneliti akan menyelamatkan ribuan nyawa.
Namun Trump telah berbalik membela diri dengan mengatakan bahwa “Salah, aku sangat cepat, bahkan melakukan larangan terhadap China jauh sebelum orang menganggap perlu!”
Bisa Naik Lagi
Meskipun jumlah kasus baru dan kematian telah mulai cenderung menurun, para ahli kesehatan memperingatkan kemungkinan kebangkitan ketika penguncian ditutup.
Pada Rabu, pemerintah merilis 20.546 kasus baru, bergerak mendatar selama beberapa pekan terakhir di angka tersebut, menunjukkan bahwa lajunya cenderung mendatar.
Secara keseluruhan ada lebih dari 1,7 juta orang di negara itu telah terinfeksi, dengan 490.151 orang diantaranya telah pulih.
Negara-negara timur laut yang terpukul keras telah melaporkan penurunan dalam kasus-kasus baru dalam beberapa hari terakhir, dan laju kematian secara nasional telah menurun.
Tetapi jumlah kasus yang terus-menerus tinggi tetap ada di sejumlah kota, termasuk Chicago dan Los Angeles. Kasus pun telah meningkat di Arkansas, North Carolina dan Wisconsin.
Kematian Bisa Lebih Besar
Sebagian besar ahli statistik dan pakar kesehatan masyarakat, termasuk Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular, mengatakan jumlah korban jiwa mungkin jauh lebih tinggi daripada jumlah resmi.
Mereka yang belum dites sedang sekarat di rumah dan di panti jompo, dan awal tahun ini beberapa kematian akibat virus corona mungkin salah diidentifikasi.
The Times menghitung kasus dan kematian yang telah diidentifikasi oleh para pejabat sebagai kemungkinan pasien virus corona.
Banyak negara bagian dan kabupaten hanya menghitung kasus dan kematian di mana infeksi dikonfirmasi melalui pengujian.
Karena kasus yang dikonfirmasi secara luas dianggap sebagai jumlah bawah dari jumlah sebenarnya, beberapa pemerintah negara bagian dan lokal telah mulai mengidentifikasi kemungkinan kasus dan kematian.
Tonggak ini terjadi di tengah-tengah perdebatan tentang ketepatan waktu respon negara itu terhadap pandemi.
Universitas Columbia, misalnya, menunjukkan bahwa sekitar 36.000 lebih sedikit orang akan meninggal jika AS bertindak lebih awal.
Sementara itu, Brazil, negara di belahan selatan Amerika, kini telah terguncang setelah terjadi lonjakan besar kasus.
Sudah lebih dari 400 ribu penduduk, dari 212 juta populasi, terinfeksi virus corona sejak 26 Februari lalu.
Brazil menempati posisi kedua, di bawah AS, dengan 25.697 kematian dan 166.647 kesembuhan.
Para Rabu, pemerintah setempat melaporkan ada 22.301 kasus baru, tertinggi sejak berbulan-bulan negara itu memerangi virus.
Kasus harian ini tertinggi dari semua negara di dunia pada Rabu, di atas AS dengan 20.546 kasus baru.
Secara keseluruhan, sebanyak 5,8 juta penduduk global terhantam oleh pandemi, dan menewaskan 357.826 orang diantaranya.
Sebanyak 2,5 juta lainnya telah sembuh dan 2,9 juta orang lainnya sedang dirawat di rumah sakit.*