Penerapan “New Normal” di Tengah Puncak Pandemi

Portal Teater – Indonesia sedang bersiap menuju “new normal”, sebuah model protokol kesehatan atau tata kehidupan baru.

Istilah ini mula-mula merupakan terminologi yang dipakai dunia usaha dan bisnis untuk merujuk kepada kondisi-kondisi keuangan usai krisis keuangan 2007-2008 dan resesi global 2008–2012.

Namun ketika wabah global virus corona melanda dunia sejak akhir tahun lalu dan sampai saat ini belum pulih, berbagai negara menggunakan istilah ini untuk mengimplikasikan bahwa suatu hal yang sebelumnya dianggap abnormal menjadi umum.

Bagi masyarakat global, pandemi corona telah memukul jutaan umat manusia ke jurang kehidupan yang sama sekali lain, bahkan asing bagi dirinya sendiri. Itulah corak kehidupan “abnormal”.

Masyarakat dipaksa untuk masuk ke kamar, mengisolasi diri, mengekang interaksi sosial, dan membatasi aktivitas berduaan, termasuk aktivitas seksual suami-istri.

Dan mulai pekan depan, 1 Juni, beberapa daerah/kota di Indonesia mulai menerapkan “new normal” ini. Antara lain di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatra Barat dan Gorontalo.

Terjadi perubahan titik penerapan normal baru di mana sebelumnya pemerintah mengatakan bahwa penerapan “new normal” akan terjadi di provinsi Bali, Yogyakarta dan Kota Batam (provinsi Riau).

Model protokol kesehatan baru ini sebelumnya telah diterapkan oleh beberapa negara setelah melewati puncak pandemi dan kurva perkembangan virus telah melandai.

Korea Selatan, misalnya sejak pekan lalu, 20 Mei, telah membuka aktivitas belajar mengajar untuk sekolah setingkat SMA. Untuk tingkat lainnya akan diberlakukan secara bertahap.

Demikian halnya di Australia. Otoritas setempat telah membuka wisata domestik di negara itu, setelah virus menurun tajam.

Beberapa minggu sebelumnya, pemerintah di Provinsi Wuhan, China pun telah membuka lockdown yang membebaskan 13 juta penduduknya keluar dari ‘penjara rumah’ selama 76 hari.

Sekarang warga di kota asal mula virus corona itu mulai beraktivitas seperti biasa, hal yang kemudian menyebabkan beberapa infeksi baru beberapa hari belakangan yang mendesak otoritas melakukan pelacakan dan rencana pengetesan terhadap 11 juta penduduk.

Untuk Pencegahan

Berbeda dengan negara-negara lain, penerapan “new normal” di Indonesia dibuat ketika kurva perkembangan virus sedang “panas-panasnya”, atau menurut ahli, sedang menuju puncak pandemi.

Hal itu tampak dari kasus harian yang terus melonjak, meski bergerak fluktuatif, di atas angka 500-900, sejak 13 Mei kemarin.

Menurut permodelan yang dibuat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, salah satunya disebutkan bahwa pandemi akan berpuncak pada penghujung Mei dan mulai melandai di bulan berikutnya bilamana pengujian dilakukan secara masif.

Namun seperti yang terlihat saat ini, pengujian kita masih jauh dari target 10 ribu per hari; masih berkisar di 8.000 tes per hari.

Dengan rasio pengujian yang masih di bawah rata-rata maka sulit untuk menentukan puncak pandemi. Dan penerapan “new normal” menjadi tantangan ketika suatu waktu wabah makin menggila.

Para pejabat pemerintah mengklaim bahwa penerapan normal baru merupakan salah satu cara untuk mencegah penularan virus.

Alih-alih ada tekanan dari sekelompok pebisnis dan pengusaha yang terpukul lantaran sejumlah aktivitasnya terhenti tatkala pandemi.

Presiden Joko Widodo, yang pertama kali melontarkan wacana penerapan “new normal”, pada hari ini telah memerintahkan pimpinan TNI dan Polri untuk turut membantu “menertibkan” masyarakat selama masa “new normal” ini.

Ratusan ribu personel keamanan akan diturunkan di 1.800 titik di 4 provinsi dan 25 kabupaten/kota yang memberlakukan “new normal”. Tidak hanya di jalan-jalan, tapi juga di mal, pasar, supermarket, dll.

Dengan pemberlakukan “new normal”, intervensi negara dalam urusan kehidupan masyarakat makin nyata, seolah mengingatkan masyarakat pada memori kelam di masa lalu: Orde Baru.

“Mulai hari ini akan digelar oleh TNI dan Polri pasukan untuk berada di titik-titik keramaian dalam rangka mendisiplinkan masyarakat agar mengikuti protokol kesehatan sesuai dengan PSBB,” kata Jokowi usai meninjau stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Selasa (26/5).

Ia meminta agar ada pengontrolan secara ketat terhadap kebijakan “new normal”. Hal itu diniatkan untuk menekan pertumbuhan virus.

Sejauh pemberitaan terakhir, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) belum cukup efektif menekan virus corona.

Hal itu terjadi karena masyarakat belum patuh dan disiplin sesuai protokol kesehatan yang dikeluarkan pemerintah.

Karena itu, pengontrolan melalui mekanisme sistem keamanan, dinilai akan lebih tepat untuk “menertibkan” masayarakat.

Presiden Joko Widodo pagi ini melakukan peninjauan ke stasiun MRT didampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. -Dok. Andika Prasetia/Detik.com.
Presiden Joko Widodo pagi ini melakukan peninjauan ke stasiun MRT Jakarta didampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. -Dok. Andika Prasetia/Detik.com.

Tidak Berbeda

Protokol kunci dalam pemberlakukan “new normal” sebenarnya tidak terlalu berbeda jauh dengan protokol selama kehidupan abnormal tatkala wabah melanda masyarakat.

Misalnya, kewajiban mengenakan masker, menjaga jarak aman 1 meter, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.

Yang berbeda adalah, dalam “new normal”, paradigma masyarakat berubah. Tidak lagi melihat protokol kesehatan itu sebagai kewajiban, tapi sebagai norma baru dalam hidup sehari-hari.

Isitilah ini terkadang membingungkan masyarakat dan sejak pertama kali dilontarkan, telah memicu perdebatan di pelbagai kalangan.

Beberapa politisi oposisi dan masyarakat menilai, pemberlakukan “new normal” sebagai alihkalimat dari wacana yang dikeluarkan pejabat pemerintah yang mengatakan bahwa masyarakat harus hidup berdampingan dan berdamai dengan virus corona.

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) dan mantan Ketua MPR Amien Rais, misalnya, melihat pemberlakukan “new normal” secara gokil.

Baginya, istilah “new normal” tampak bias. Di satu sisi pemerintah meyakinkan masyarakat untuk bertindak secara baru, tapi di sisi lain, pejabat pemerintah yang terbiasa korup, akan melihatnya sebagai hal yang normal dan diterima umum.

Terlepas dari perdebatan mengenai istilah tersebut, seperti halnya polemik “mudik versus pulang kampung” di waktu lalu, yang terpenting adalah penerapan “new normal” sungguh-sungguh untuk menekan penularan virus corona di Indonesia.

Bukan sebaliknya, hanya untuk mengaktifkan kembali tombol ekonomi yang ikut menjerit lantaran pandemi corona.

Sebab, apa yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah langkah berani, di tengah masih tingginya penyebaran virus di 34 provinsi dan 405 kabupaten/kota di seluruh tanah air.

Pada Senin (25/5), pemerintah melaporkan ada 22.750 kasus, dengan 1.391 kematian dan 5.642 pasien dinyatakan sembuh.

Brazil adalah negara yang kini terguncang karena kegagapan Presiden Jair Bolsonaro yang menolak melakukan lockdown sementara lebih dari 20 ribu penduduknya tewas karena virus.

Alasan penolakan Bolsonaro adalah karena ketakutannya terhadap keguncangan ekonomi jika menerapkan lockdown.

Dengan hanya sepertiga dukungan dari masyarakat, kursi kepemimpinan Bolsonaro diperkirakan akan goyah, termasuk keterkaitannya dengan sebuah kasus di pengadilan Brazil.

Brazil Merana, Presiden Populis Bolsonaro Dicap "Pembunuh"
Presiden Brazil Jair Bolsonaro. -Dok. Warta Ekonomi.

Linimasa “New Normal”

Panduan “new normal” diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi.

Adapun linimasa fase “new normal” terbagi ke dalam 5 tahapan. Berikut tahapannya, mengutip Kontan, Selasa (26/5):

  1. Fase 1 (1 Juni). Industri dan jasa dapat beroperasi dengan protokol kesehatan Covid-19. Mall belum boleh beroperasi, kecuali toko penjual masker & fasilitas kesehatan.
  2. Fase 2 (8 Juni). Toko, pasar dan mall diperbolehkan pembukaan toko namun dengan protokol kesehatan.
  3. Fase 3 (15 Juni). Mall tetap seperti fase 2, namun ada evaluasi pembukaan salon, spa, dan lainnya. Tetap dgengan protokol kesehatan Covid-19 Sekolah dibuka namun dengan sistem shift.
  4. Fase 4 (6 Juli). Pembukaan kegiatan ekonomi dengan tambahan evaluasi untuk pembukaan secara bertahap restoran, cafe, bar, dan lainnya dengan protokol kebersihan yang ketat Kegiatan ibadah diperbolehkan dengan jumlah jamaah dibatasi.
  5. Fase 5 (20-27 Juli). Evaluasi untuk 4 fase dan pembukaan tempat-tempat atau kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial berskala besar. Akhir Juli atau awal Agustus 2020 diharapkan seluruh kegiatan ekonomi sudah dibuka.

Untuk informasi mengenai panduan lengkap “new normal”, Anda dapat mengaksesnya di sini.

Anda juga dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id (D2).*

Facebook
Twitter
LINE
Pinterest

Baca Juga

4 Hari Berturut-turut, WNI di Luar Negeri Nihil Kematian

Portal Teater - Jumlah warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri terus bertambah. Meski demikian, sejak 26 Mei lalu, tidak ada konfirmasi pasien WNI...

Membaca “Ditunggu Dogot”: Berkhidmat dan Mengakrabi Penonton

Portal Teater - Dua aktor kawakan, Slamet Rahardjo dan Nano Riantiarno, membacakan naskah “Ditunggu Dogot” ditemani penulis naskah Sapardi Djoko Damono dan Yola Yulfianti (sutradara). Pembacaan...

Silang-Sengkarut “New Normal”

Portal Teater - Sejak beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo telah mendengungkan wacana pemberlakukan "new normal", atau yang menurut ahli Bahasa Indonesia sebut sebagai...

Terkini

Seni Berkekuatan Daya Getar

Portal Teater - Seni adalah kekuatan yang memiliki daya getar. Bertahun-tahun aku dibimbing pelukis Nashar untuk mempelajari kesenian tanpa ingat waktu, lapar dan kemiskinan. Aku...

Membaca “Ditunggu Dogot”: Berkhidmat dan Mengakrabi Penonton

Portal Teater - Dua aktor kawakan, Slamet Rahardjo dan Nano Riantiarno, membacakan naskah “Ditunggu Dogot” ditemani penulis naskah Sapardi Djoko Damono dan Yola Yulfianti (sutradara). Pembacaan...

GM akan Bicara tentang Manifesto Seni Indonesia

Portal Teater - Untuk terus bertumbuh selama krisis terbesar abad ini, pandemi virus corona, Goethe-Institut Indonesien lagi-lagi menyajikan rangkaian acara budaya daring melalui kanal-kanal...

Silang-Sengkarut “New Normal”

Portal Teater - Sejak beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo telah mendengungkan wacana pemberlakukan "new normal", atau yang menurut ahli Bahasa Indonesia sebut sebagai...

“Dini Ditu” Teater Kalangan: Menjahit Publik di Ruang Digital

Portal Teater - Kehadiran pandemi virus corona barangkali tak pernah dipikirkan atau diramalkan, meski ada teori konspirasi yang menyeruak belakangan bahwa Bill Gates telah...