Teater di Ruang Digital

Oleh: Rudolf Puspa*

Portal Teater – Bencana bukan alam sedang menghinggapi sebagian besar negara di dunia dan Indonesia termasuk kebagian.

Wabah yang disebut Covid-19 sedang bergentayangan dan belum ada yang berhasil membuat vaksinnya. Dibutuhkan waktu lebih dari setahun untuk mendapatkannya.

Ini berarti kekuasaan Covid-19 masih akan berlangsung menyita waktu hidup kita dalam beberapa tahun ke depan.

Setelah melewati perjalanan hidup berdampingan dengan Covid-19 selama tiga bulan, kini diupayakan untuk melangkah ke depan dengan melonggarkan PSBB untuk membuka kegiatan ekonomi. Dunia pun sudah memberikan nama sebagai “new normal”.

Saya tidak berkeinginan berdebat soal istilah “new normal”, namun lebih berusaha melihat ke depan untuk kembali mampu berkegiatan meski tetap mewaspadai Covid-19 yang masih berdampingan dan berada di ruang-ruang tertutup ataupun terbuka bersama kita.

Presiden Joko Widodo mendukung gagasan ini namun terus menerus berpesan untuk menyiapkan diri dan melaksanakan dengan sangat hati-hati agar tidak justru memperhebat amukan Covid-19.

Oleh karenanya, melalui pesan ini kita perlu menyadari untuk lebih jernih dalam berinovasi, berselancar dalam kewaspadaan terukur ketika mengarungi ruang luas dengan virus yang tak kelihatan.

Saat inilah kekuatan atau daya hidup yang kita miliki benar-benar mendapat tantangan baru yang suka tidak suka harus kita hadapi.

Para pedagang, industriawan, ekonom, politikus, menteri, aparat keamanan, kepolisian, pemerintah daerah, camat, lurah, kepala desa, guru, dosen, seniman, budayawan bersatu padu dalam kebersamaan menyiapkan diri menata kehidupan baru sehingga bangsa ini kembali normal namun dengan tatanan baru.

Presiden Jokowi didampingi Gubernur Anies Baswedan dalam kunjungan ke Stasiun MRT Jakarta, Selasa (26/5) dalam rangka persiapan menuju "new normal". -Dok. Berita Jakarta.
Presiden Jokowi didampingi Gubernur Anies Baswedan dalam kunjungan ke Stasiun MRT Jakarta, Selasa (26/5) dalam rangka persiapan menuju “new normal”. -Dok. Berita Jakarta.

Turut Terpukul

Sebagai seniman teater saya sangat merasakan dampak yang deras memukul kegiatan yang selalu membutuhkan pertemuan dengan penonton secara langsung.

Selama tiga bulan menyaksikan kegiatan teater masih bernapas melalui apa yang kini sedang melanda yakni tontonan yang dilakukan secara live streaming lewat media sosial.

Ini ide yang bagus dan sangat menarik bagi seniman pada umumnya dan teater pada khususnya.

Baca puisi, monolog hingga pentas khusus tanpa penonton langsung banyak bermunculan di media sosial. Baik secara grup maupun pribadi dengan mudah bisa melakukan.

Paling tidak kegiatan ini untuk mengurangi rasa bosan diam dirumah saja selain menjadi tanda hadir.

Dari melihat berhamburannya kegiatan tersebut, putri saya, Dolfry Indra Suri, mengatakan bahwa ketika kuliah di perfilman Insitut Kesenian Jakarta (IKJ), ada pelajaran yang disebut “impresion”.

Ia katakan bahwa seni digital ini bisa sangat “kejam” rasanya. Hanya dalam hitungan detik penonton memutuskan akan terus menonton atau tidak.

Jadi membuat tontonan lewat digital memerlukan kepiawaian dalam menciptakan detik-detik awal yang memikat. Kadang cerita menjadi nomor dua dibanding dengan pemaparan kejutan awal.

Apalagi berbeda dengan di panggung di mana bisa membuat dekor, set property yang juga bisa dipakai untuk mendukung dalam penciptaan adegan awal yang memikat.

Dalam teori teater pun telah kita pelajari bahwa adegan pembuka memang perlu perhatian khusus.

Kita tidak asing mendengar ungkapan bahwa bagus tidaknya sebuah pertunjukkan teater ada di 10 menit awal. Jika gagal maka pemain yang muncul sesudahnya akan bekerja lebih keras.

Bila masih tetap gagal maka adegan selanjutnya lebih baik segera cepat diakhiri walau tentu saja sangat tidak mungkin.

Para pemain dan kru pun terpaksa harus menelan hati jika ditinggal penonton secara diam-diam dan betapa sakitnya ketika layar ditutup dan lampu penonton menyala ternyata hanya tinggal ada kursi kosong tanpa penonton atau tinggal teman-teman dekat yang masih memiliki toleransi menghormati pertemanan dan menyalami dengan ucapkan “sukses”.

Dialog tentang tari didalam drama musikal oleh koreografer Ijong dan Edo yg menggarap produksi Teater Keliling "Takdir Cinta Pangeran Diponegoro" karya Wardiman saduran Dolfry Indra Suri dan "The Great Rahwana" karya Tedy Rusdy saduran Oi. Live streaming di IG @artpreneur pada 14 Mei 2020. -Dok. @pusparudolf.
Dialog tentang tari didalam drama musikal oleh koreografer Ijong dan Edo yg menggarap produksi Teater Keliling “Takdir Cinta Pangeran Diponegoro” karya Wardiman saduran Dolfry Indra Suri dan “The Great Rahwana” karya Tedy Rusdy saduran Oi. Live streaming di IG @artpreneur pada 14 Mei 2020. -Dok. @pusparudolf.

Bukan Pekerjaan Mudah

Memang tidak ada salahnya jika seorang seniman tiba-tiba bisa menjadi kameramen karena memang gadget yang ada di tangan kita tiap hari menyediakan alat tersebut. Bahkan untuk merekam kegiatan sendiri pun bisa dilakukan.

Namun saya masih memiliki harapan agar kita (sebagai seniman) memiliki kesadaran untuk mengurangi “ego” kita sehingga bersedia menyerahkan segala sesatu kepada mereka yang ahli di bidangnya.

Tentu ini saya katakan demikian agar kita dalam situasi apapun bisa berkarya dan hasilnya bukan asal ada saja.

Berkarya teater lewat live streaming tentu sebuah tantangan yang menarik dan seperti karya panggung tetap harus dipersiapkan dengan matang. Sebagai seniman tentu saja berkarya bukan karena alasan bosan di rumah saja.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada siapapun yang sudah dan sedang berkarya dalam bentuk virtual, diharapkan tidak melupakan kegiatan inovasi, perenungan pada gagasan atau ide yang muncul sehingga karya karya kita tidak terjebak pada karya yang sering mendapat sebutan “opera sabun”.

Salah satu cara adalah bekerja bukan karena “latah”; satu penyakit yang sering kita jumpai di segala bidang.

Hindari hasil karya yang akhirnya hanya akan menjadi tumpukkan sampah yang dijadikan pupuk kehidupan juga tidak laku. Apa jadinya jika satelit-satelit kita akan menjadi tong sampah digital?

Seni Masih Hidup

Saya berterima kasih kepada siapa saja yang mampu menangkap sisi positif dari bencana kesehatan ini sehingga mengisi linimasa media sosial dengan berbagai bentuk karya seni lewat digital.

Dengan berkarya dari rumah saja, mereka menunjukkan bahwa tanpa berkerumun pun, mereka tetap bisa menghasilkan karya seni yang memikat.

Kegiatan demikian ternyata bermanfaat untuk menghilangkan berita-berita hoaks, fitnah dan sejenisnya yang selama ini menguasai media sosial kita.

Memang belum bersih sekali karena masih saja ada yang berupaya menyebar hoaks terutama bagi kelompok yang sejak awal perubahan kekuasaan berada di pihak yang tidak sejalan.

Ini berarti, kesenian masih hidup dan napasnya masih menyuarakan kekuatan bagi pergerakan menyongsong kehidupan yang memang harus ada perubahan.

Energi positif masih terasa sangat dominan sehingga bisa dipercaya menjadi satu kekuatan bersama dalam melawan energi negatif tanpa perlu diberi komando.

Energi positif terasa begitu indah penuh kedamaian karena selalu menyapa dengan hati.

Salam jabat literasi.

*Rudolf Puspa adalah pendiri Teater Keliling berbasis Jakarta. Sebagai seniman teater senior, Rudolf telah menyutradarai ratusan karya bersama Teater Keliling dan juga menjadi pelatih teater untuk generasi muda, terutama pelajar, di Jakarta. Ia dapat dihubungi melalui email: pusparudolf@gmail.com.

Facebook
Twitter
LINE
Pinterest

Baca Juga

KAP Malang Siap Pentaskan Teater Digital “Caligula”

Portal Teater - Kamateatra Art Project kembali lagi ke panggung teater dalam sebuah proyek kerja baru berjudul "Caligula". Seperti pertunjukan sebelumnya di masa pandemi, KAP...

Produksi-Distribusi “Dramaturgi Kita” dalam Interkultural Pertunjukan (2/3)

Portal Teater - Diskusi Rumah Teater Nusantara yang saya dengarkan kembali melalui audio, memfungsikan saya pribadi yang beku dalam sakit lama untuk membuka arsip-arsip yang...

Teks-teks Erotik dalam Isolasi “Wabah” Makna

Portal Teater - 10 Juni 2020, angka positif terpapar virus Covid-19 di Indonesia memasuki jumlah 35.000 orang, yang sembuh memasuki angka 15.000 orang. Angka yang...

Terkini

KAP Malang Siap Pentaskan Teater Digital “Caligula”

Portal Teater - Kamateatra Art Project kembali lagi ke panggung teater dalam sebuah proyek kerja baru berjudul "Caligula". Seperti pertunjukan sebelumnya di masa pandemi, KAP...

Skenario Masa Depan Seni Indonesia Pasca Pandemi

Portal Teater - Pandemi virus corona setidaknya dalam sekejap telah mengubah tatanan politik, ekonomi dan budaya global. Selama berbulan-bulan, wabah terbesar dalam 100 tahun terakhir...

Rudolf Puspa: Karya Seni adalah Pemberian Total Seniman

Portal Teater - Hidup di negara Indonesia Raya yang telah berhasil memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustrus 1945 seharusnya mengenal kekuatan sejarah dan budaya, selain...

Hilmar Farid akan Bicara Soal Data Budaya Terbuka

Portal Teater - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid akan berbicara mengenai data budaya terbuka termutakhir pada akhir pekan ini. Percakapan ini...

Produksi-Distribusi “Dramaturgi Kita” dalam Interkultural Pertunjukan (2/3)

Portal Teater - Diskusi Rumah Teater Nusantara yang saya dengarkan kembali melalui audio, memfungsikan saya pribadi yang beku dalam sakit lama untuk membuka arsip-arsip yang...