“Dini Ditu” Teater Kalangan: Menjahit Publik di Ruang Digital

Portal Teater – Kehadiran pandemi virus corona barangkali tak pernah dipikirkan atau diramalkan, meski ada teori konspirasi yang menyeruak belakangan bahwa Bill Gates telah meramalkannya dalam sebuah konferensi ekonomi di Davos, Swiss, tahun 2015 silam.

Hantaman virus yang bermula di Kota Wuhan, China ini sontak menimbulkan kegagapan negara-negara untuk meresponnya. Lantas seluruh lini kehidupan masyarakat global ikut terseret.

Aktivisme kesenian luluh-lantak ketika negara-negara membatasi interaksi sosial dan keramaian. Semua pegiat seni bertekuk lutut.

Pencinta seni tak lagi bisa menyaksikan seniman idola mereka tampil dalam jarak fisik dekat, seperti sediakala. Tak ada lagi jabat tangan.

Meski demikian, aktivisme seni tak sepenuhnya ‘mati’. Platform digital menjadi pilihan terakhir ketika seniman memilih berkarya di tengah pandemi; menumbuhkan gagasan di ‘ruang publik baru’.

Teater Kalangan, salah satu kolektif seniman muda asal Bali, membaca keberadaan media sosial saat ini dapat menjadi platform atau ruang digital yang memungkinkan interaksi dan pertemuan tak terduga antara seniman dengan penonton.

Bahkan, jangkauan penonton pun telah diperluas oleh bantuan teknologi media sosial. Dan memungkinkan seniman bertemu dengan penonton yang tak pernah dijumpainya di ruang fisik.

Platform media sosial juga tidak hanya menjadi arena baru bagi pertunjukan, misalnya pentas live streaming, tapi juga dapat menjadi situs pertemuan, tempat berkumpul, latihan, atau kesempatan menautkan diri dengan aneka macam publik liyan.

Dengan kata lain, platform digital ini menghubungkan ‘ne dini jak ne ditu’, atau menjahit yang di sini dengan yang di sana.

“Dini Ditu”

Sebagai grup teater muda, dorongan kreatif dan daya inovasi menjadi energi positif yang terus dibangun Teater Kalangan.

Selama masa pandemi, para anggotanya telah menyusun siasat untuk bertemu dengan penontonnya di ruang publik maya.

Salah satunya melalui program “Work on Progress” bertajuk “Dini Ditu” (artinya: di sini-di sana). Program ini berniat menjadi ajang tatap muka antara seniman Teater Kalangan dengan publik.

Sebagai proyek “Work for Progress”, “Dini Ditu” juga dimaksudkan sebagai ruang transit ide anggota Teater Kalangan untuk kemudian dilempar, dipresentasikan, diuji, dan didiskusikan bersama khalayak.

Proyek ini barangkali akan rentan dengan kegagalan-kegagalan, atau dengan rongga-rongga yang mesti ditambal sulam atau dibongkar sekalian karena sifatnya yang eksperimental.

Meski demikian, Teater Kalangan meyakini bahwa proyek ini dapat membuka ruang untuk dievaluasi dan dikembangkan dalam praktik kerja yang lebih final di kemudian hari.

Proyek eksperimental ini dijalankan selama 6 bulan, yaitu sepanjang Juni-November 2020.

Menurut Wayan Sumahardika, sutradara Teater Kalangan, program daring ini dapat menjadi pilihan Teater Kalangan ke depannya dalam merespon kehadiran media digital sebagai praktik kerja teater.

“Proyek pertama kami ini sampai November. Setelah itu baru kami evaluasi: apa saja potensi yang bisa digali atau membenahi kekurangannya. Entah itu pandemi masih berlanjut atau tidak, mungkin ini akan kami gunakan sebagai platform alternatif ke depannya,” ujarnya dalam sebuah pernyataan tertulis, Selasa (2/6).

Iin Valentine, salah satu seniman Teater Kalangan yang akan membawakan materi dalam diskusi "Nyinggahin Timpal: I Ni dan Adaptasi di Masa Pandemi (?)" pada 3 Juni mendatang. -Dok. Teater Kalangan.
Iin Valentine, salah satu seniman Teater Kalangan yang akan membawakan materi dalam diskusi “Nyinggahin Timpal: I Ni dan Adaptasi di Masa Pandemi (?)”
pada 3 Juni mendatang. -Dok. Teater Kalangan.

Linimasi Program

Sepanjang bulan Juni ini, program “Dini Ditu” berlangsung setiap hari Rabu pukul 19.00 WITA di Live Instagram Teater Kalangan.

Setiap acara akan diinisiasi oleh anggota Teater Kalangan. Para seniman ini akan membawakan masing-masing subtema program.

Mereka antara lain: Iin Valentine, Wayan Sumahardika, Devy Gita Augustina, Jong Santiasa Putra, Jacko Wahyu Rizky, Dedek Surya Mahadipa, Dedek Sutejo, Wayan Agus Wiratama, De Gus Khrisna, Cleo Chintya Rossa, dan Agus Noval Rivaldi.

Adapun rangkaian “Dini Ditu” adalah seperti berikut:

  • 3 Juni (Diskusi pada Live-IG Teater Kalangan)
    “Nyinggahin Timpal: I Ni dan Adaptasi di Masa Pandemi (?)”
    bersama Iin Valentine dan Rai (pendiri zine I Ni Timpal Kopi)
  • 10 Juni (Pentas karya “Tumbuh” dan diskusi pada Live-IG Teater Kalangan)
    “Playing Kontraborasi: Lelintasan Gering pada Suatu Hari”, antara Wayan Sumahardika X Gusti Made Aryana (dalang Sembroli)
  • 17 Juni (Diskusi pada Live-IG Teater Kalangan)
    “Kami Bertanya, Sastrawan Menjawab: Puisi, Tarot dan Penggalian Spiritual dalam Perjalanan Kata” oleh Devy Gita Augustina dan Wulan Dewi Saraswati (sastrawan)
  • 24 Juni (Pentas digital pada kanal Youtube Teater
    “Utak Atik Digital: Bayang-bayang di Kamar Desktop” karya Jong Santiasa Putra feat Ramdan Siah dan Pepi Rizky

Tentang Teater Kalangan

Teater Kalangan, terbentuk pada 2016, merupakan kolektif seniman muda di Bali yang bergerak dalam bidang seni pertunjukan.

Anggotanya berasal dari berbagai lintas disiplin ilmu seperti linguistik, antropologi, arsitektur, komunikasi, kesehatan masyarakat, peternakan dan sebagainya.

Nama ‘Kalangan’ dipilih berasal dari bahasa Bali yang berarti Ruang. Didasarkan pada proses kreatif Teater Kalangan sendiri yang lebih banyak menimbang ruang sebagai medium penciptaan.

Ada beberapa karya Teater Kalangan sempat dipentaskan dalam acara Mimbar Teater Indonesia, Ubud Writers and Readers Festival, Pesta Kesenian Bali, Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya, Enam Belas Festival LBH Bali, Parade Teater Canasta, dan lain-lain.

Selain menggelar produksi tunggal, setiap tahun Teater Kalangan juga menggelar sejumlah program seni, diantaranya adalah Kolaborasi Kalangan (pentas kolaborasi bersama kawan seniman), Guyub Kalangan (workshop), S(e)angkep Kalangan (diskusi), serta melakukan upaya pengarsipan kerja teater melalui program Catatan Awal Tahun Teater Kalangan dan menulis ulasan pertunjukan.

Informasi lengkap mengenai program “Dini Ditu: dapat dilihat melalui akun Instagram @teaterkalangan.*

Facebook
Twitter
LINE
Pinterest

Baca Juga

Akhir Pekan Ini, Nano dan Ratna Pentas Kembali “Tanda Cinta”

Portal Teater - Dua aktor senior teater yang sekaligus merupakan pasangan suami-istri, Nano Riantiarno dan Ratna Riantiarno, akan kembali ke panggung pertunjukan teater akhir...

Kemensos Salurkan 2.576 Paket Bansos untuk Pekerja Seni

Portal Teater - Pemerintah mulai menyalurkan bantuan sosial sembako untuk pekerja seni yang terdampak pandemi virus corona. Bansos ini merupakan salah satu wujud dari kehadiran...

Teater dan Konflik Kemanusiaan

Portal Teater - Ada teori yang mengatakan bahwa "drama is a dialogue story about humanitarian conflict." Konflik adalah sesuatu kejadian atau suasana yang sangat menarik...

Terkini

Teater: Menjadi Minoritas di Depan Mayoritas

Portal Teater - Pertama kali saya berdiri di panggung teater ketika masih umur remaja, yang saya rasakan adalah gemetar sekujur badan dan keringat dingin...

Harris Priade Bah: Teater adalah (Bau) Aktor

Portal Teater - Ketika pandemi virus corona merebak awal Maret lalu, panggung teater Indonesia langsung sunyi. Sepi. Tak ada lagi pertunjukan. Tak ada pula...

Unik! Konser Pertama di Gedung Teater Barcelona Ditonton Tanaman

Portal Teater - Konser musik yang digelar grup musik UceLi Quartet di Barcelona, Spayol, baru-baru ini menjadi sangat unik dan spesial. Sebagaimana terlihat dalam tayangan...

Akhir Pekan Ini, Nano dan Ratna Pentas Kembali “Tanda Cinta”

Portal Teater - Dua aktor senior teater yang sekaligus merupakan pasangan suami-istri, Nano Riantiarno dan Ratna Riantiarno, akan kembali ke panggung pertunjukan teater akhir...

Kemensos Salurkan 2.576 Paket Bansos untuk Pekerja Seni

Portal Teater - Pemerintah mulai menyalurkan bantuan sosial sembako untuk pekerja seni yang terdampak pandemi virus corona. Bansos ini merupakan salah satu wujud dari kehadiran...